Seoul (ANTARA News) - Perundingan yang langka antara dua negara pesaing Korea Utara dan Korea Selatan mencapai kesepakatan, Jumat, untuk melanjutkan rencana pertemuan keluarga dan membangkitkan semangat untuk kesepakatan lebih lanjut yang lebih baik.
Kesepakatan tersebut menunjukkan kelonggaran yang penting oleh Korea Utara setelah menentang dengan keras pelatihan militer tahunan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat, sehingga bisa merusak rencana reuni keluarga yang terpisah oleh perang pada 20-25 Februari.
Pihak Utara mendesak Korea Selatan untuk menunda pembukaan pelatihan, tetapi ditolak dengan alasan bahwa kedua kegiatan itu -- yang satu kemanusiaan dan lainnya adalah masalah militer, tidak bisa saling dikaitkan.
"Kesepakatan dicapai setelah Korea Utara menerima keadaan kami, bahwa pertemuan kembali para keluarga itu adalah peristiwa penting -- sebagai langkah pertama untuk membangun kepercayaan," kata Detua delegasi Korea Selatan, Kim Kyou-Hyun.
Pembicaraan pada Rabu dan Jumat --pertemuan pertama tingkat pejabat tinggi dari kedua Korea sejak tujuh tahun, telah diakhiri dengan langkah maju yang sangat penting.
Selain memastikan penyelenggaraan pertemuan keluarga seperti rencana semula, kedua belah pihak juga sepakat untuk tidak lagi saling melontarkan kata-kata menyakitkan melainkan akan melanjutkan dialog.
"Saya tidak bisa mengatakan ini suatu terobosan, namun ini membuka pintu untuk kemungkinan kerja sama dan peningkatan hubungan," kata pakar Korea Utara di Universitas Dongguk, Seoul.
Perundingan ini merupakan langkah penting pertama menyusul pernyataan kedua pemimpin negara -- Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye dan Presiden Korut Kim Jong-Un -- yang merindukan perbaikan hubungan antar-Korea.
Diawali dengan pihak Utara dalam perundingan hari Rabu yang meminta Selatan menunda pelatihan militer, dari permintaan sebelumnya untuk membatalkannya sama sekali.
Seoul dengan tegas menolak segala bentuk perubahan pelatihan militer yang sudah dijadwalkan hanya karena pertemuan keluarga, karena pengaruh kuat kunjungan Menteri Luar Negeri John Kerry, Kamis.
Dalam keterangan pers singkat di Seoul, Kerry mendesak Pyongyang untuk bertindak dengan "tatakrama sopan" dan tidak berusaha menggunakan masalah itu sebagai alasan bagi masalah lain.
(M007)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014