Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani menyoroti kesempatan pekerja migran Indonesia (PMI) mengisi kesempatan pekerjaan di sektor kesehatan di berbagai negara penempatan dan mendorong peningkatan kompetensi di bidang itu.

"Satu tahun ini total (PMI) yang dibutuhkan itu satu juta, bayangkan. Cuman memang kita hanya mampu menempatkan 30 persen setiap tahun dari kebutuhan lapangan kerja," ujar Kepala BP2MI Benny ketika ditemui usai memberikan kuliah umum dan sosialisasi pelindungan PMI di UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan, Banten, Rabu.    

Dia menyebut bahwa untuk itu, BP2MI kemudian bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi, termasuk ketika menandatangani nota kesepahaman dengan UIN Syarif Hidayatullah pada hari ini.

Hal itu dilakukan untuk memastikan adanya kesesuaian antara pengembangan kompetensi sumber daya manusia di universitas Tanah Air dengan kebutuhan di negara penempatan atau link and match, jelasnya. Dia mendorong agar perguruan tinggi di Indonesia memberikan perhatian khusus mengenai kesesuaian kebutuhan kompetensi tersebut.

"Dengan SDM-nya nanti bisa link and match dengan peluang kerja tadi, tinggal bagaimana keahlian dan keterampilannya kemudian mereka menjadi kompeten, dan juga kemampuan berbahasanya," jelas Benny.

Berdasarkan data BP2MI dari 2007 sampai dengan 27 Juni 2024 terdapat 5.067.984 tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Dalam empat tahun terakhir, 820.004 PMI telah ditempatkan di berbagai negara.

Sebanyak 30.165 orang ditempatkan menggunakan skema kerja sama antar pemerintah atau Government to Government (G to G) di Korea Selatan, Jepang dan Jerman selama periode 2020 sampai akhir Juni 2024. 

Baca juga: Kepala BP2MI ajak kampus tangkap peluang kerja di luar negeri
Baca juga: Satgas P2MI Disnaker Cirebon bantu pemulangan jenazah pekerja migran
Baca juga: BP2MI telah berangkatkan 175 tenaga keperawatan ke Jerman



 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024