Temuan jam tangan tersebut dipublikasikan dalam jurnal ACS Nano.
Keringat mengandung elektrolit, terutama kalium, natrium, dan kalsium. Keseimbangan mineral-mineral esensial itu sangat penting untuk mendukung fungsi otot, kesehatan saraf, dan detak jantung yang teratur, ujar lektor kepala di HIPS yang juga merupakan salah satu penulis penelitian tersebut, Yang Meng.
Berkeringat dapat menyebabkan hilangnya kadar air dan elektrolit.
"Kehilangan kadar kalium yang berlebihan, misalnya, dapat berdampak pada fungsi jantung dan aktivitas neuromuskular. Demikian pula, berkurangnya kadar ion natrium dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, pusing, dan kram otot," kata Yang, seraya menjelaskan pentingnya menjaga keseimbangan kadar elektrolit.
Jam tangan yang dirancang oleh tim Yang mengumpulkan keringat dari kulit dan menganalisisnya secara aktual menggunakan sebuah cip sensor dengan membran yang sensitif terhadap ion.
Tujuan tim peneliti selanjutnya adalah merancang berbagai bahan membran sensitif untuk memantau lebih banyak informasi fisiologis, seperti ion glukosa dan klorida. Keringat yang masuk ke dalam perangkat itu akan bersentuhan dengan membran yang berisi tiga tubulus yang masing-masing mampu mengukur kadar natrium, kalium, dan kalsium.
Meski mereka bukan orang pertama yang menemukan sensor keringat, tim peneliti China menekankan pada antarmuka jam tangan yang solid untuk keandalan jangka panjang.
"Perangkat ini melampaui stabilitas banyak sensor lainnya dengan secara konsisten memantau tiga ion dalam keringat manusia selama lebih dari enam bulan," sebut kepala peneliti Huang Xingjiu dari Institute of Solid State Physics di bawah HIPS.
Mengingat atlet ketahanan menggunakan minuman elektrolit untuk mengatasi hilangnya energi dan mengisinya kembali, para peneliti dalam penelitian tersebut mengukur komposisi unsur-unsur kimia itu dalam keringat atlet yang berlari jarak jauh di atas treadmill. Akurasi pengukuran perangkat tersebut mencapai kurang lebih 95 persen jika dibandingkan dengan metode pendeteksian standar.
"Bila ada gangguan elektrolit, perangkat itu akan mengingatkan pengguna untuk segera menambahkan kadarnya. Tujuan pengembangan perangkat ini adalah untuk memberikan peringatan akan hilangnya elektrolit dan mengurangi risiko cedera terkait olahraga," ungkap salah seorang penulis pertama penelitian tersebut, Cai Xin.
Bagi masyarakat umum, tes elektrolit konvensional memerlukan sampel cairan tubuh yang diambil di rumah sakit. Jam tangan baru itu berpotensi menjadi alternatif pengganti jarum untuk mengukur kadar elektrolit.
Selain menawarkan tes noninvasif, perangkat itu memungkinkan pemantauan elektrolit secara aktual.
"Yang tidak diragukan lagi merupakan kemajuan signifikan dalam hal pemantauan kesehatan manusia," tutur Xu Han, seorang dokter di Rumah Sakit Pusat Bengbu, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Tujuan tim peneliti selanjutnya adalah merancang berbagai bahan membran sensitif untuk memantau lebih banyak informasi fisiologis, seperti ion glukosa dan klorida
Para peneliti menyebutkan bahwa dibandingkan dengan jam tangan kebugaran populer di pasaran, perangkat yang mereka rancang lebih besar dan lebih berat sehingga kurang nyaman untuk dipakai. Namun, mereka berharap dapat mengembangkan sensor keringat wearable yang sesuai untuk penerapan di pasar dalam lima tahun ke depan.
Yang mengatakan tim peneliti juga bertujuan mengadaptasi perangkat itu untuk pemantauan lingkungan guna mengukur logam berat ke depannya.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024