"PPh impor kita baru efektif pada Januari, mudah-mudahan itu bisa membantu memperkuat tekanan dari impor barang konsumsi," ujarnya di Jakarta, Jumat.
Bambang menjelaskan sektor ekspor juga memberikan kontribusi dalam neraca transaksi berjalan pada triwulan I, karena nilai rupiah yang sempat mengalami pelemahan terhadap dolar AS dapat membantu kinerja ekspor produk manufaktur.
"Mudah-mudahan dengan nilai rupiah yang terdepresiasi itu bisa membantu, terutama produk-produk manufaktur kita volumenya bisa lebih tinggi. Jadi, saya masih melihat peluangnya pada kisaran yang bagus," katanya.
Bambang memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I-2014, tidak terlalu jauh dari angka defisit transaksi berjalan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 1,98 persen terhadap PDB atau empat miliar dolar AS.
"Sekarang bagus di bawah dua (persen). Kalaupun ada penurunan mudah-mudahan tidak terlalu jauh dari dua persen," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Chatib Basri memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan sepanjang 2014 akan berada pada kisaran 2 persen-2,5 persen terhadap PDB, meskipun neraca transaksi berjalan selalu mengalami fluktuasi per triwulannya.
"Siklus current account deficit itu biasanya triwulan satu menurun defisitnya, kemudian meningkat di triwulan dua, dan nanti di triwulan tiga dan empat akan kembali menurun. Polanya selalu begitu," ujarnya.
Bank Indonesia (BI) mengumumkan defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal IV-2013 sebesar empat miliar dolar AS atau 1,98 persen terhadap PDB, lebih kecil dari perkiraan BI sebelumnya tiga persen terhadap PDB.
BI mencatat perbaikan signifikan pada defisit transaksi berjalan tersebut lebih besar dipengaruhi oleh neraca perdagangan di sektor nonmigas dan kondisi itu telah sejalan dengan arah kebijakan BI.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014