"Kemarin itu sudah saya tampung, sudah saya dengerin, cuma mereka ngeyel. Dia protes kenapa sebelahnya yang ngerjainnya lebih cepet lulus, tapi dia yang kerjanya setengah mati gak lulus. Mereka ngotot, ya udah gue semprot aja," kata Ahok di Balaikota, Jumat.
Kemarin sore sekitar pukul 16.00 WIB, tiga orang guru honorer yang gagal dalam tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) mendatangi Ahok yang tengah diwawancara oleh para wartawan.
Mereka mengeluhkan tes CPNS yang diikuti tidak adil karena mereka merasa mengerjakan lebih baik dari peserta yang lain namun gagal, sementara peserta yang mengerjakan tidak serius lulus.
Mendapat pengaduan tersebut, awalnya Ahok menjelaskan dengan sabar bahwa tes CPNS bukanlah wewenang Pemda DKI Jakarta tapi pemerintah pusat.
Selain itu, Ahok mengutarakan ketidaksukaannya pada cara para guru honorer tersebut saat melapor yang datang di tengah-tengah wawancara dan memberondong Ahok dengan aduan.
"Kalian (guru honorer) mengadu ketika tes sudah dilakukan dan hasilnya tidak lulus. Tapi kalian tidak bakalan ngadu ke saya kalau diterima. Seharusnya kalian mengadukan kecurangan sebelum tes dilakukan," kata Ahok kemarin sore.
Namun, para guru tersebut tidak puas dengan jawaban Ahok dan terus mendesak supaya hak menjadi PNS diberikan karena sudah 10 tahun mengabdi.
Salah satu dari guru honorer yang bernama Eva rupanya kaget mendengar reaksi Ahok dan menangis kencang hingga pingsan dan akhirnya dibopong ke samping lift sementara Ahok kembali ke kantornya.
"Saya kaget aja. Enggak usah marah-marah. Ngomong aja baik-baik," kata Eva sambil menangis begitu sadar.
Lebih lanjut Ahok mengatakan, kegagalan dalam mengerjakan tes sebenarnya juga dipengaruhi kemampuan intelijensia masing-masing orang.
"Anak saya yang nomor dua aja juga begitu, dia belajarnya santai, bisa sambil main biola. Abangnya malah yang serius tapi nilainya tetep bagusan adiknya. Saya sampai tanya ke gurunya apa anak saya bohongin saya, tapi gurunya bilang enggak, dia memang bagus," kata Ahok.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014