... tidak separah pada 1990. Hanya sempat hujan kerikil tapi tidak sampai mengganggu... "
Blitar, Jawa Timur (ANTARA News) - Setelah letusan Gunung Kelud terjadi pada pukul 22.30 WIB Kamis (13/2), aktivitas masyarakat di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Jumat pagi berangsur-angsur normal.


Bersama Gunung Merapi, Gunung Kelud termasuk gunung berapi paling aktif di Tanah Air, dengan frekuensi letusan cukup dekat. Untuk Gunung Kelud, tercatat dia meletus pada 1955, 1965, 1966, 1990, 2007, dan kini 2014.


Kali ini, letusan Gunung Kelud sempat menyebabkan hujan kerikil di wilayah ini. Aktivitas lalu lintas pada pagi hari di sejumlah jalan protokol maupun arteri yang ada di wilayah kota.

Meski tidak seramai hari biasanya, sebagian warga memilih kembali bekerja dan sebagian lagi berjaga-jaga di rumah masing-masing karena dampak letusan di wilayah ini tidak terlalu parah.

"Kondisinya tidak separah pada 1990. Hanya sempat hujan kerikil tapi tidak sampai mengganggu," kata Uswananto, warga Desa Sumberingin, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar.

Di daerah ini, hujan kerikil sempat terjadi selama kurang lebih dua jam, mulai pukul 23.45 WIB Kamis (13/2) hingga pukul 02.21 WIB Jumat. Ketebalan pasir bercampur kerikil sebesar biji jagung di jalan-jalan terlihat sekitar satu milimeter.

Dibandingkan letusan pada 1990, ketebalan abu dan pasir letusan Gunung Kelud kali ini tipis saja. Pada 1990, ketebalan itu hingga 20 sentimeter.


Relawan tim SAR dari organisasi pecinta alam JALADRI, Awan Lukita, melaporkan, tim evakuasi dan BPBD masih terus melakukan pemantauan sembari terus siaga evakuasi.

Letusan pada 1990 menewaskan sedikitnya 250 orang dan letusan terakhir terjadi 2007, tapi bersifat letusan tertahan.

Sementara itu, Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Kabupaten Kediri membuka posko utama pada 0354-7415299, posko logistik pada 0354-7415318 atau 082140682830, dan media center 0354-7415289, sedangkan CSM Carhi membuka pos komando bantuan transportasi gratis untuk kawasan bencana Gunung Kelud.

Pewarta: Slamet Sudarmojo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014