Blitar (ANTARA News) - Ratusan pengungsi erupsi Gunung Kelud, seperti di Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Jumat pagi, kembali ke rumah di Kecamatan Gandusari yang termasuk daerah "garis merah" menyusul meredanya letusan gunung setinggi 1.731 mdpl itu.

Wartawan Antara di lokasi melaporkan pengungsi yang kembali ke daerah asal itu sejak Kamis (13/2) malam pasca-letusan gunung itu sempat mengungsi ke kantor sarana pendukung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar di Babadan, Wlingi dan di eks kantor Kawedanan Wlingi.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Blitar Drs Izul Marom MSc ketika dihubungi per telepon membenarkan sebagian pengungsi di Wlingi kembali ke Gandusari.

"Mungkin setelah melihat aktivitas Gunung Kelud mereda dan keadaan terlihat kondusif, sebagian pengungsi memilih kembali ke daerah masing-masing. Kamis malam, mereka serta merta pergi mengungsi, sehingga sebagian memerlukan kembali ke rumah karena saat pergi tidak membawa apa-apa," ujarnya.

Menurut Izul, warga dari wilayah "garis merah" daerah berbahaya di Gandusari umumnya sudah memahami apa yang harus dilakukan jika sewaktu-waktu terjadi perkembangan yang membahayakan.

Selain itu, di Gandusari juga disediakan sejumlah lokasi pengungsian dan warga yang kembali dari Wlingi ke rumah masing-masing, sebagian di antaranya segera ke lokasi pengungsian di wilayah setempat.

"Jarak beberapa lokasi pengungsian di Gandusari dengan rumah warga cukup berdekatan, sehingga sewaktu-waktu mudah menuju posko pengungsian," tambahnya.

Letusan Gunung Kelud di antaranya terjadi pada tahun 1990, sebelumnya tahun 1966 setelah Gerakan 30 September dan tahun 1955. Letusan tahun 1990 menewaskan sekitar 250 orang dan letusan terakhir terjadi pada 2007, namun bersifat "letusan tertahan".

Sementara itu, Satlak PB Kabupaten Kediri membuka Posko Utama pada 0354-7415299, posko logistik pada 0354-7415318 atau 082140682830, dan media center 0354-7415289, sedangkan CSM Cargo membuka posko bantuan transportasi gratis untuk kawasan bencana Gunung Kelud. (T007/E011)

Pewarta: Tunggul Susilo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014