Sanaa (ANTARA News) - Sejumlah orang bersenjata menculik seorang guru berkebangsaan Inggris di Sanaa, ibu kota Yaman, kata seorang pejabat keamanan, Kamis.
Insiden itu merupakan penculikan kedua bulan ini terhadap pekerja Inggris di Yaman, negara yang dilanda kekerasan, lapor AFP.
Orang-orang bersenjata menculik guru itu pada Rabu malam ketika ia kembali dari tempat kerjanya, kata pejabat itu. Seorang diplomat Barat mengkonfirmasi penculikan tersebut.
Guru yang identitasnya belum diungkapkan itu bekerja untuk organisasi pendidikan dan pelatihan Amerika AMIDEAST, kata pejabat itu.
Orang-orang bersenjata membawa pria itu ke sebuah tempat yang tidak diketahui.
Pada 4 Februari, seorang pejabat sektor perminyakan mengatakan, orang-orang bersenjata menculik seorang pekerja Inggris di Sanaa, namun London hingga kini belum mengkonfirmasi hal itu.
Pada akhir Januari, orang-orang suku menculik seorang warga Jerman di Sanaa dan menuntut pembebasan keluarga mereka yang ditahan untuk ditukar dengan sandera tersebut.
Warga asing sering menjadi korban penculikan di Yaman oleh orang-orang bersenjata yang memanfaatkan hal itu sebagai alat tawar-menawar dengan pemerintah.
Lebih dari 200 orang asing diculik di Yaman dalam 15 tahun terakhir. Sebagian besar dari mereka dibebaskan dalam keadaan hidup dan selamat.
Selain orang suku, militan Al Qaida juga menculik orang asing di Yaman dan saat ini menahan seorang pria Afrika Selatan serta seorang warga Arab Saudi dan seorang diplomat Iran.
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).
AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.
Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.
Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.
Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.
Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014