Kanada (ANTARA) - Kepala Misi Stabilisasi Organisasi PBB di Republik Demokratik Kongo (MONUSCO) Bintou Keita memperingatkan adanya tingkat kekerasan dan perpindahan warga sipil yang mengkhawatirkan di Republik Demokratik Kongo (DRC).

"Situasi keamanan di Kongo Timur terus memburuk, mencapai tingkat kekerasan dan pengungsian warga sipil yang mengkhawatirkan,” kata Keita kepada Dewan Keamanan PBB, seperti dilaporkan Anadolu, Selasa.

Dia menyatakan keprihatinannya atas ekspansi cepat kelompok pemberontak M23 di provinsi Kivu Utara yang bermasalah di negara tersebut dan penyebarannya ke Kivu Selatan.

Menyoroti peran pemerintah Rwanda dalam mendukung perolehan wilayah pemberontak M23, Keita mengatakan bahwa krisis M23 yang meningkat dengan cepat membawa risiko nyata dan memicu konflik regional yang lebih luas.

Meningkatnya kekerasan juga disebut Keita sebagai pemicu terjadinya perpindahan warga secara besar-besaran.

“Kita menyaksikan di Kongo salah satu krisis kemanusiaan yang paling parah, kompleks dan terabaikan pada zaman kita,” ucapnya.

Lebih lanjut Keita menyatakan bahwa Kongo saat ini mempunyai 7,3 juta pengungsi dengan 6,9 juta di antaranya berada di provinsi-provinsi bagian timur saja.

Ia juga menekankan pelanggaran hukum humaniter internasional menghambat pengiriman bantuan dan keberadaan artileri berat di sekitar kamp pengungsian membahayakan nyawa. 

Ia juga melaporkan peningkatan kekerasan berbasis gender dengan 122.960 kasus pada tahun 2023, meningkat 3 persen dari tahun 2022. 

“Korban perempuan, termasuk anak perempuan, mencakup hampir 90 persen dari seluruh kasus, dan insiden kekerasan seksual terhadap anak-anak meningkat sebesar 40 persen,” ungkapnya.

Rencana kemanusiaan PBB untuk Kongo membutuhkan biaya sebesar 2,6 miliar dolar AS (Rp42,3 triliun) untuk membantu 8,7 juta orang yang terkena dampak krisis. Namun hingga pertengahan Juni lalu, baru 26 persen dana yang digelontorkan, demikian menurut Keita. 

MONUSCO pun mengimbau negara-negara anggota PBB dan organisasi regional mengintensifkan upaya untuk meringankan penderitaan kemanusiaan dan mengatasi akar penyebab konflik. 

Sumber : Anadolu

Baca juga: Konflik di RD Kongo paksa sekitar 78.000 anak mengungsi
Baca juga: PMPP TNI rampung persiapkan gelombang baru pasukan perdamaian ke Kongo


Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024