"Penyempitan muara sungai penyebab utama terjadinya banjir di kabupaten ini. Maka itu pemkab harus segera melakukan pengerukan sejumlah muara sungai tersebut agar daerah ini lepas dari bencana banjir. Ini hampir terjadi di seluruh daerah yang dialiri alur sungai di kabupaten ini," kata Anggota DPR RI asal Pesisir Selatan itu, Rabu.
Meski demikian, pemkab juga diminta untuk tidak mengabaikan langkah lain dalam mengantisipasi banjir di kabupaten itu seperti menormalisasi (pelurusan) alur sungai dan pelestarian hutan.
Menormalisasi alur sungai juga penting dilakukan karena sejumlah sungai tersebut banyak mengalami kelokan atau tidak lurus sehingga setiap kali turun hujan kerap menyebabkan sungai-sungai itu meluap dan menggenangi daerah yang dilewati.
Tidak saja itu, pelestarian hutan perlu terus dijaga dan diperhatikan karena hutan sebagai tangkapan air. Jika hutan gundul maka air dengan mudah sampai ke bumi karena tanpa penghalang.
Menurut Darizal Basir, kabupaten yang pernah dipimpinnya selama dua periode itu memiliki 20 alur sungai besar yang berada di 15 kecamatan yang dimiliki.
Dari jumlah tersebut, sebagian sungai kondisinya sudah kritis akibat terjadinya pendangkalan, penyempitan muara, alur berkelok kelok dan kerusakan hutan di daerah hulu akibat penebangan kayu secara liar.
Semua kecamatan di kabupaten ini berpotensi terjadi banjir. Khusus dua kecamatan yakni Koto XI Tarusan dan Bayang, banjir juga berpotensi memutus akses jalan nasional lintas barat Sumatera yakni Padang-Bengkulu.
Selain itu banjir juga berpotensi merendam permukiman penduduk, menyebabkan rusaknya sarana dan prasarana umum serta lahan pertanian sehingga setiap kali terjadi banjir masyarakat selalu mengalami kerugian, tidak saja materil bahkan jiwa.
Maka itu pemkab beserta pihak yang berkompeten hendaknya serius mengatasi banjir yang sering terjadi di kabupaten itu karena dampak buruknya banyak bagi daerah dan masyarakat.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014