Denda itu dijatuhkan atas tuduhan penipuan kriminal terkait dengan dua kecelakaan fatal pesawat 737 MAX yang terjadi pada 2018 dan 2019.
"Kami dapat mengonfirmasi bahwa kami telah mencapai kesepakatan prinsip pada persyaratan resolusi dengan Departemen Kehakiman, yang masih harus disetujui dan disahkan oleh beberapa persyaratan tertentu," kata CNBC mengutip perusahaan tersebut.
Kesepakatan pengakuan bersalah ini bermuara pada pemasangan pemantau independen untuk mengawasi kepatuhan perusahaan pembuat pesawat itu selama tiga tahun.
Boeing juga harus menginvestasikan setidaknya 455 juta dolar AS (sekitar Rp7,39 triliun) dalam program kepatuhan dan keselamatan, kata CNBC.
Departemen Kehakiman AS memberi tahu Boeing pada Mei lalu bahwa perusahaan tersebut akan dikenai tuntutan pidana.
Hal itu dilakukan setelah lembaga pemerintah itu menemukan bahwa Boeing melanggar penyelesaian tahun 2021 yang membuat perusahaan itu membayar denda 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp40,6 triliun) dan berjanji untuk meningkatkan protokol keselamatan dan kepatuhannya.
Jaksa federal baru-baru ini merekomendasikan kepada pejabat senior Departemen Kehakiman agar Boeing dituntut karena gagal meningkatkan keselamatan pesawatnya setelah serangkaian kecelakaan tahun ini.
"Termasuk panel pintu yang meledak dari penerbangan Alaska Airlines sesaat setelah lepas landas", kata seorang sumber yang dekat dengan masalah tersebut kepada Sputnik.
Sumber: Sputnik
Baca juga: FAA selidiki Boeing akibat kecelakaan Alaska Airlines
Baca juga: Boeing bisa dituntut atas penderitaan korban sebelum 737 MAX jatuh
Baca juga: Sederet fakta dan kecelakaan Boeing 737-500 di seluruh dunia
Penerjemah: Primayanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024