Jangan dipelintir ya, rata-rata saja
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo menegaskan bahwa dirinya tidak mewajibkan perempuan untuk melahirkan satu anak perempuan.

“Sebetulnya rata-rata perempuan punya dua anak itu penting, tetapi rata-rata (idealnya) satu anak perempuan, bukan mewajibkan. Kalau depan rumah punya anak perempuan dua misalnya, belakang rumah enggak punya anak perempuan tidak masalah, jangan dipelintir ya, rata-rata saja,” ujar Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Hasto menyampaikan hal tersebut pada pertemuan tingkat tinggi Komite Kebijakan Sektor Kesehatan Triwulan II di DI Yogyakarta, Sabtu (6/7), bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Direktur Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Ali Ghufron Mukti, dan Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) L. Rizka Andalusia.

Ia menjelaskan satu orang perempuan disarankan melahirkan satu orang perempuan hanya rata-rata saja, untuk menjaga agar penduduk tumbuh seimbang di generasi berikutnya.

Baca juga: Kepala BKKBN bantah satu perempuan wajib punya anak satu perempuan 
Baca juga: Kepala BKKBN tekankan pentingnya "soft skill" sambut bonus demografi

“Di kampung ada perempuan 10. Mestinya besok pada generasi berikutnya minimal juga ada perempuan 10, tetapi rata-rata kan ini, karena tugas kita menjaga agar pertumbuhan penduduk seimbang,” ucapnya.

Dokter spesialis kandungan itu juga menyoroti ancaman penduduk tumbuh minus atau minus growth di beberapa kota dengan angka kelahiran total atau TFR (rata-rata perempuan melahirkan anak di masa reproduksinya) di bawah 2,1.

“DI Yogyakarta rata-rata melahirkannya sudah di bawah dua, tepatnya 1,9, maka hati-hati di daerah-daerah tertentu seperti Jakarta, Bali, DIY bisa mengalami minus growth,” katanya.

Menurutnya, rata-rata penduduk tumbuh minus tersebut terjadi beriringan dengan rata-rata pendidikan di DI Yogyakarta yang sudah tinggi, kemudian rata-rata perempuan menikah yang sudah di atas 22 tahun. Untuk itu, dia terus mengingatkan agar perempuan juga tidak terlalu tua saat melahirkan.

“Perempuan itu usia suburnya setelah umur 35 sudah menurun. Telur perempuan kalau sudah 38 tahun itu sudah tinggal 10 persen, hati-hati,” kata dia.

Ia juga menegaskan, saat ini BKKBN terus menggencarkan program-program untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak.

“Yang ada irisannya dengan kerja BKKBN saya kira peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui keluarga,” tuturnya.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024