Polisi Kenya pada 2 Februari menyerbu Masjid Mussa di Mombasa, menangkap puluhan orang yang mereka sebut menghadiri pertemuan radikalisasi.
Penyerbuan itu menyulut kerusuhan di Mombasa dimana tiga orang luka-luka terkena tikaman.
"Para tersangka ditangkap ketika mereka berencana melakukan kegiatan teroris," kata Jaksa Onesmus Towett di pengadilan.
"Jika dibebaskan dengan jaminan, mereka akan melakukan aksi terorisme lebih lanjut dan ada laporan intelijen yang mengindikasikan bahwa mereka akan melakukan aksi terorisme terhadap sasaran-sasaran yang dirinci dan tidak dirinci," tambahnya.
Ke-70 orang itu juga dikenai enam tuduhan lain: memiliki senjata api tanpa izin, memiliki amunisi, mengobarkan kekerasan, berencana melakukan kejahatan besar, memiliki bahan ilegal dalam bentuk bendera Al-Shabaab, dan melakukan perampokan dengan kekerasan.
Para terdakwa membantah semua tuduhan itu, dan pengadilan pada 26 Februari akan memutuskan apakah pembebasan dengan jaminan akan diberikan.
Polisi Kenya pada masa silam mengaitkan Masjid Mussa dengan rekrutmen untuk kelompok Al-Shabaab Somalia.
Banyak Muslim di daerah miskin Mombasa merasa dipinggirkan oleh pemerintah Nairobi yang didominasi orang Kristen, dan penumpasan terhadap perekrutan jaringan militan Muslim di kota wisata itu telah mengobarkan kebencian.
Orang-orang bersenjata tak dikenal menembak mati dua pengkhutbah garis keras yang terkait dengan Masjid Mussa dalam 18 bulan terakhir. Kedua ulama itu menyerukan bahwa sudah waktunya melakukan kekacauan.
Muslim di masjid itu menuduh pihak berwenang mendalangi pembunuhan tersebut, namun tuduhan itu dibantah oleh pemerintah.
Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan, terutama di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa, serta Garissa, setelah pasukan negara itu memasuki Somalia pada Oktober 2011 untuk menumpas kelompok gerilya garis keras Al-Shabaab, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas penculikan dan serangan bom di dalam wilayah Kenya.
Pasukan Kenya menyerang pangkalan-pangkalan Al-Shabaab sejak dua tahun lalu dan kemudian bergabung dengan pasukan Uni Afrika berkekuatan 17.700 orang yang ditempatkan di Somalia.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah Somalia dukungan PBB.
Kelompok itu mengklaim bertanggung jawab atas serangan di pusat perbelanjaan di Nairobi, Kenya, yang dimulai Sabtu siang (21 September), ketika orang-orang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks pertokoan itu dengan menembakkan granat dan senjata otomatis serta membuat pengunjung toko yang panik lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.
Penyerang menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa (24 September), ketika Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014