Mereka memaksa pekerja pada tugas malam meninggalkan ruangan, dan mereka membakar tempat itu, kemudian menyerang gedung tersebut dengan RPG (granat roket) dan melarikan diri."
Tripoli (ANTARA News) - Orang-orang bersenjata menembakkan granat roket ke sebuah stasiun televisi Libya di Tripoli, Rabu, setelah menyerbu bangunan itu, memaksa pekerja keluar dan merusak peralatan, kata wartawan di saluran itu.

Serangan itu berlangsung selepas tengah malam di televisi Al-Aseema yang terkait dengan Mahmoud Jibril, mantan perdana menteri era perang saudara yang kemudian membentuk Aliansi Kekuatan Nasional yang menentang partai garis keras di kongres sementara Libya, lapor Reuters.

"Mereka memaksa pekerja pada tugas malam meninggalkan ruangan, dan mereka membakar tempat itu, kemudian menyerang gedung tersebut dengan RPG (granat roket) dan melarikan diri," kata seorang wartawan senior di stasiun itu, yang menolak disebutkan namanya demi keselamatan.

Al Aseema menyiarkan pernyataan-pernyataan kritis mengenai perpanjangan masa tugas Kongres Umum Nasional (GNC), parlemen sementara Libya yang mandat awalnya berakhir pada 7 Februari.

Anggota-anggota GNC setuju memperpanjang masa tugas parlemen sampai akhir tahun ini untuk menjaga kestabilan, namun kongres itu tidak populer di mata banyak orang Libya yang melihat sedikit kemajuan di negara mereka dalam peralihan menuju demokrasi.

Kelompok pengawas media Wartawan Tanpa Batas (RSF) berulang kali memperingatkan risiko ancaman terhadap wartawan oleh eks-milisi pemberontak, khususnya di Benghazi dan juga di ibu kota Libya.

Pada 6 Februari, kelompok orang bersenjata menyerang dua studio saluran televisi swasta di Benghazi, Libya timur.

Saluran-saluran televisi yang diserang itu adalah Libya Al-Ahrar berpusat di Doha yang pemimpinnya, Mahmud Shammam, menjadi menteri penerangan pada pemerintah pertama pasca-Gaddafi, dan Libya Al-Oula yang berpusat di Kairo.

Setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan pemerintah Muamar Gaddafi, militan di Libya timur menyerang aparat keamanan, warga asing, hakim, aktivis politik serta pekerja media, yang menewaskan lebih dari 300 orang.

Pada 5 Desember, seorang guru Amerika ditembak mati di Benghazi, 15 bulan setelah serangan mematikan terhadap konsulat AS di kota Libya timur itu.

Korban tewas adalah seorang warga AS yang mengajar di sekolah internasional di kota itu, kata juru bicara badan keamanan Ibrahim al-Sharaa.

Pada hari yang sama, dua prajurit Libya tewas ditembak dalam insiden-insiden terpisah - serangan mematikan terakhir terhadap aparat keamanan dalam beberapa pekan ini.

Pada 28 November, tiga prajurit tewas ketika militer bentrok dengan militan Ansar al-Sharia pada hari terakhir pemogokan tiga hari untuk memprotes keberadaan milisi di kota itu.

Dalam serangan lain pada hari itu, orang-orang bersenjata yang naik sebuah kendaraan memberondongkan tembakan ke arah dua prajurit ketika mereka memasuki sebuah mobil setelah meninggalkan kafe, menewaskan satu orang.

Dewan kota Benghazi mengumumkan pemogokan tiga hari setelah patroli militer diserang di dekat markas Ansar al-Sharia, kelompok militan yang dituduh bertanggung jawab atas serangan terhadap misi AS pada 2012.

Benghazi, tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi, dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.

Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu.

Militan yang terkait dengan Al Qaida menyerang Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar AS untuk Libya, Chris Stevens, dan tiga warga lain Amerika pada 11 September 2012.

Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi.



Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014