Bagdad (ANTARA News) - Kekerasan di Provinsi Anbar, Irak, tempat gerilyawan menguasai seluruh dari satu kota dan bagian lain, menyebabkan 300.000 orang terlantar dalam enam pekan, kata PBB.

Provinsi itu dilanda pertempuran antara pasukan pendukung dan penentang pemerintah sejak tahun lalu, sementara Irak dilanda kekerasan terburuk sejak 2008.

"Dalam enam pekan belakangan ini sekitar 300.000 warga Irak --sekitar 50.000 kepala keluarga-- terlantar akibat situasi yang tidak aman di sekitar Fallujah dan Ramadi" Provinsi Anbar, kata pernyataan badan PBB urusan pengungsi (UNHCR) yang disiarkan pada Selasa.

"Sebagian besar dari mereka terlantar itu mengungsi ke kampung terpencil di Provinsi Anbar untuk menghindari perang, sementara 60.000 orang lari ke provinsi-provinsi terdekat," kata pernyataan itu yang meringkaskan pernyataan juru bicara Melissa Fleiming di Jenewa.

Warga Irak, yang terlantar, bersama dengan lebih dari 1,1 juta orang lainnya yang melarikan diri dari aksi kekerasan itu dalam tahun-tahun belakangan ini masih belum pulang ke rumah-rumah mereka.

PBB mengatakan bulan lalu jumlah orang yang terlantar akibat perang di Anbar itu paling banyak sejak aksi sektarian yang kejam tahun 2006-2008.

Krisis di provinsi gurun barat itu meletus pada akhir Desember dengan bentrokan di daerah Ramadi ketika pasukan keamanan membongkar kamp protes Arab Sunni yang anti-pemerintah.yang berada dekat kota itu.

Petempur anti-pemerintah merebut daerah Ramadi,ibu kota provinsi itu, dan seluruh Fallujah di baratnya, tidak jauh dari Baghdad.

Untuk pertama kali pasukan anti-pemerintah menguasai kota itu sejak puncak aksi kekerasan setelah invasi pimpinan AS.

Gubernur Anbar Ahmed al-Dulaimi akhir pekan lalu memberikan para petempur di Fallukjah waktu sepekan untuk menyerah, tetapi mengatakan pihak berwenang tidak akan berunding dengan kelompok garis keras yang terlibat aksis kekerasan itu.

Walaupun pemerintah terus membuat kemajuan untuk merebut kembali daerah-daerah Ramadi, mereka sebagian besar berada di luar Fallujah karena khawatir serangan akan menimbulkan kecemasan terjadi konflik di perkotaan yang akan banyak menimbulkan korban jiwa.

Fallujah adalah satu pangkalan gerilyawan Sunni setelah invasi AS itu, dan pasukan AS di sana mengalami sejumlah pertempuran paling seru sejak Perang Vietnam.

Konflik Anbar terjadi saat satu aksi kekerasan yang berlarut-larut, dengan pasukan keamanan juga hampir setiap hari diserang di negara itu.

Ada seruan kepada pemerintah yang dipimpin kelompok Syiah untuk menangani keluhan warga Sunni untuk menghentikan dukungan kepada kelompok garis keras, tetapi dengan pemilu April telah dekat Perdana menteri Nuri al-Maliki mengambkl sikap keras, demikian AFP melaporkan.

(SYS/H-RN/B002)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014