Wakil Menteri Luar Negeri Kuwait Khaled al-Jarallah mengatakan perundingan-perundingan di Kuwait City, bagian dari pertemuan reguler penting antara kedua pihak, akan dipusatkan pada masalah-masalah termasuk konflik Suriah, kata kantor berita resmi KUNA Selasa malam.
"Dialog strategis Teluk-Rusia ditetapkan akan dilakukan pada 18 Februari. Itu merupakan satu dialog penting dan vital yang kedua pihak harapkan memberikan hasil," kata Jarallah.
Rusia dan negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) --Bahrain, Kuwait,Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab --terlibat perselisihan mengenai konflik berdarah di Suriah yang telah menewaskan lebih dari 136.000 orang.
Rusia adalah pendukung penting pemerintah Presiden Bashar al-Assad sementara negara-negara GCC mendukung pemberontak yang berusaha menyingkirkannya.
Pertemuan itu diselenggarakan setelah apa yang disebut perundingan Jenewa II di Swiss yang tidak membuat kemajuan kendatipun imbauan-imbauan penengah PBB-Liga Arab Lakhdar Brahimi untuk menghentikan "pengalaman yang mengerikan" rakyat Suriah.
Moskow juga menghambat satu rancangan resolusi di Dewan Keamanan PBB menyerukan pencabutan semua pengepungan di Suriah.
Tujuan resolusi itu adalah untuk mengizinkan pengiriman tanpa hambatan bantuan kemanusiaan, terutama ke Kota Tua Homs yang dikepung, di mana ribuan warga sipil terperangkap.
Lavrov Selasa menyebut rancangan resolusi itu "sama sekali tidak dapat diterima" karena berisikan satu ultimatum bagi pemerintah Bashar.
Sejak dimulainya krisis Suriah, Rusia telah tiga kali menghambat resolusi-resolusi Dewan Keamanan yang bertujuan menekan Damaskus.
Rusia juga menuntut penarikan semua petempur asing dari Suriah, termasuk kelompok Hizbullah Lebanon dan Pasukan Qod Iran, demikian AFP melaporkan.
(SYS/H-RN/H-AK)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014