Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas seleksi antara lain jarak tanam lingkungan makro maupun interaksi genotipe dengan lingkungan

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Gatut Wahyu Anggoro Susanto berhasil merakit varietas kedelai umur masak polong genjah (lekas berbuah) sebagai upaya peningkatan potensi hasil budi daya kedelai.

"Pemuliaan tanaman merupakan ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana memperoleh atau merakit suatu tanaman menjadi lebih baik dan menguntungkan dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tanaman pada karakter kuantitatif maupun kualitatif," katanya melalui keterangan di Jakarta, Senin.

Dalam proses perakitan varietas kedelai tersebut, Gatut menggunakan pendekatan genetika melalui sisi pemuliaan, melalui perakitan varietas unggul umur genjah dengan produktivitas tinggi.

Ia memaparkan metode pemuliaan tanaman dapat dilakukan secara konvensional dan inkonvensional. Metode konvensional dilakukan melalui persilangan buatan, introduksi, dan induksi mutasi.

Baca juga: Mahasiswi UNY ciptakan camilan sehat anak dari ubi dan kedelai lokal

Sedangkan metode inkonvensional, lanjutnya, dilakukan melalui kloning gen atau penyalinan gen agar dapat menerima sifat unggul tertentu yang berasal dari spesies tanaman lain, melalui marka molekuler dengan mengurutkan DNA tertentu pada sebuah genom.

"Bidang ini erat kaitannya dengan ilmu genetik untuk meningkatkan nilai tambah suatu tanaman dengan memanfaatkan interaksi genetik dan lingkungan, sehingga diperoleh tanaman dengan karakter yang diinginkan," ujarnya.

Gatut menjelaskan tahapan perakitan varietas dengan menggunakan metode konvensional diawali dengan pemilihan tetua sesuai tujuan, persilangan buatan, penggaluran/seleksi, uji daya hasil, uji interaksi galur dan lingkungan.

Langkah selanjutnya, kata dia, adalah pengambilan tepung sari dari tetua jantan yang dikehendaki untuk dilakukan penyerbukan, memberi penanda (label), dan menunggu proses pembentukan calon polong.

Baca juga: Peneliti BRIN sebut swasembada kedelai butuh kebijakan ekstrem

Setelah dua hari, lanjutnya, biasanya akan terlihat bakal polong yang terbentuk, sedangkan polong yang tidak terjadi polinasi akan mengering, selanjutnya polong mulai berkembang dan akan memasuki fase generatif hingga mencapai waktu panen ketika kulit buah polong telah berwarna kuning kecoklatan untuk kemudian dilakukan seleksi pedigree atau silsilah untuk proses pembentukan galur.

"Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas seleksi antara lain jarak tanam lingkungan makro maupun interaksi genotipe dengan lingkungan," katanya.

Melalui tahapan tersebut, kata Gatut, dapat dilahirkan varietas kedelai umur genjah dengan karakteristik memiliki periode vegetatif yang singkat, biasanya kurang dari 35 hari setelah perkecambahan, pertumbuhan cepat dan sesuai dengan musim tanam yang pendek, serta pertahanan terhadap tekanan lingkungan seperti kekeringan atau tanah yang kurang subur.

Baca juga: Indonesia perlu kekhasan produk olahan kedelai bukan swasembada

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024