Surabaya (ANTARA News) - Peserta konvensi calon presiden dari Partai Demokrat Dino Patti Djalal menilai Presiden keempat Indonesia Abdurrahman Wahid alias Gus Dur adalah pendekar Pancasila yang konsisten membela kebhinekaan dan pluralisme.
"Beliau adalah pendekar Pancasila yang membela kebhinekaan dan pluralisme, dan Gus Dur tidak mau kompromi dengan prinsip itu," kata Dino saat berdialog dengan para wartawan di Surabaya, Rabu.
Dino memahami pemikiran Gus Dur bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sudah Islami dan nilai-nilai itu harus terus dijaga dan diperjuangkan.
"Pemikiran Gus Dur tersebut harus menjadi panutan bagi para calon presiden," kata Dino Patti Djalal menambahkan.
Dia menjelaskan kebhinekaan dalam pemikiran saat ini adalah saling menghormati antarumat beragama dan tidak berkompromi ketika hak seorang warga negara dilanggar, sebaliknya masyarakat harus membelanya.
Menurut dia, Gus Dur merupakan contoh pemimpin yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai demokrasi.
"Beliau berjasa menjadikan Konghucu sebagai agama yang diakui negara. Banyak sejarah peninggalan beliau yang perlu diapresiasi," katanya.
Dino mengaku akan berziarah ke makam Gus Dur di Jombang, Jawa Timur, sebagai bentuk penghormatan dan mengingatkan perjuangan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama tersebut.
Konvensi Partai Demokrat mengadakan debat terbuka di antara 11 peserta konvensi di Grand City Convention Hall, Surabaya, esok Kamis.
Tema keamanan dan pertahanan menjadi dua topik utama yang akan dibahas dalam acara debat tersebut.
Debat itu dibagi dalam dua sesi, yaitu lima peserta di sesi pertama dan enam peserta pada sesi kedua. Sesi pertama dilaksanakan pukul 15.30-18.00 WIB, sementara untuk sesi kedua dilaksanakan pukul 19.45-22.15 WIB.
Kesebelas peserta konvensi adalah Hayono Isman, Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, Anies Baswedan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Ali Masykur Musa, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, dan Sinyo Harry Sarundajang.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014