Beijing (ANTARA) - Zhang Xin (38) dari Lanzhou di Provinsi Gansu, China barat laut, merasa frustrasi akibat kegagalan awal dalam prosedur penggunaan teknologi reproduksi berbantu (TRB) dalam upayanya memiliki anak dengan masalah kesuburan yang dialaminya.

Meski tidak berhasil, prosedur itu membuat Zhang mengeluarkan biaya sebesar lebih dari 40.000 yuan (1 yuan = Rp2.247). "Itu adalah angka yang besar bagi keluarga biasa. Memang sulit untuk berhasil memiliki bayi tabung pada percobaan pertama," kata Zhang.

Namun, dia bersiap untuk mencoba lagi baru-baru ini. Berita menggembirakan tentang layanan TRB yang ditanggung dalam asuransi kesehatan untuk mengurangi biaya telah menghidupkan kembali harapannya.

Mulai Juli tahun lalu, Gansu menjadi salah satu provinsi pertama di China yang memasukkan layanan reproduksi berbantu ke dalam sistem pembayaran asuransi kesehatan nasional.

Dianggap sebagai harapan terakhir untuk memiliki anak oleh keluarga infertil, TRB telah berperan positif dalam mendukung reproduksi dan meningkatkan angka kelahiran dalam beberapa tahun terakhir, dengan jumlah kelahiran baru yang dihasilkan dari teknologi ini melampaui 300.000 per tahun, menurut Komisi Kesehatan Nasional China.

Sebuah laporan penelitian mengungkap bahwa teknologi ini dapat diterapkan pada sekitar seperlima dari total populasi infertil di China. Namun demikian, banyak pasien ragu untuk mencobanya lantaran biayanya tergolong tinggi.

Sebagai contoh, memiliki bayi tabung melibatkan proses yang meliputi pengambilan sel telur, pengambilan sperma, inseminasi buatan, kultur embrio, dan transfer embrio.

Setiap siklus biasanya membutuhkan biaya dengan kisaran 30.000 yuan sampai 50.000 yuan yang bergantung pada rumah sakit dan teknologi spesifik yang digunakan. Beberapa pasien mungkin perlu menjalani beberapa siklus untuk mencapai keberhasilan.

Dengan meningkatnya angka infertilitas menjadi 18,2 persen pada 2023, China mempercepat upaya untuk memperluas cakupan asuransi kesehatan layanan TRB agar dapat membantu lebih banyak pasangan infertil dan mendongkrak angka kelahiran di negara tersebut.

Saat ini, 12 daerah setingkat provinsi, termasuk Beijing, Shanghai, Gansu, dan Shandong, menerapkan langkah-langkah untuk memastikan bahwa penggantian biaya pengobatan untuk TRB dapat dilakukan melalui dana asuransi kesehatan.

Sejumlah pakar medis meyakini bahwa kebijakan tersebut juga dapat membantu memaksimalkan potensi kelahiran anak di kalangan pasangan yang ingin memiliki keturunan, yang tentunya akan membawa manfaat bagi lebih banyak keluarga.

Di Provinsi Shandong, China timur, provinsi berpenduduk terbanyak kedua di China, sekitar 48.000 orang menerima menjalani prosedur TRB setiap tahun. Diperkirakan bahwa penggantian biaya asuransi kesehatan dapat membantu para pasien menghemat hampir 600 juta yuan setiap tahunnya.

Menurut Yang Xiaokui, direktur departemen pengobatan reproduksi di Rumah Sakit Obstetri dan Ginekologi Beijing (Beijing Obstetrics and Gynecology Hospital), kunjungan rawat jalan ke departemen tersebut pada 2023 meningkat 19 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan biaya layanan TRB terpangkas sekitar 70 persen setelah Beijing memasukkan 16 teknologi TRB ke dalam pembayaran asuransi kesehatan pada Juli 2023.

Institusi medis mengalami peningkatan permintaan untuk layanan medis semacam itu, yang mendorong mereka untuk meningkatkan kapabilitas teknologi dan kualitas layanan, ungkap Liu Xiaolin, seorang pejabat administrasi keamanan perawatan kesehatan Provinsi Gansu.

Dalam jangka panjang, teknologi TRB akan semakin berkembang, menangani lebih banyak isu kesuburan seperti penyakit genetik dan cacat lahir, tambah Liu.

Di saat semakin banyak daerah yang diperkirakan akan memasukkan prosedur TRB ke dalam sistem asuransi kesehatan daerahnya pada tahun ini, para pakar menyerukan penyusunan kebijakan pendukung tambahan, seperti cakupan asuransi untuk obat-obatan yang digunakan dalam prosedur itu dan penyelesaian tagihan medis lintas provinsi.

"Kami akan selalu mematuhi standar industri dan pedoman diagnostik, baik teknologi ini ditanggung oleh asuransi kesehatan maupun tidak," ujar Yang, seraya menambahkan bahwa layanan medis yang tidak memenuhi standar terkait dapat ditolak penggantian biayanya oleh dana asuransi.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024