Harga elpiji akan mencapai keekonomian per 1 Juli 2016 sebesar Rp11.944 per kg dengan estimasi sampai konsumen Rp180.000 per tabung.
Batam (ANTARA News) - PT Pertamina merencanakan kenaikan harga elpiji nonsubsidi tabung 12 kg sebesar Rp1.000 per kg mulai 1 Juli 2014.
"Pihak PT Pertamina sudah mengirimkan surat kenaikan harga elpiji tertanggal 15 Januari 2014, kepada Menteri ESDM Jero Wacik dan Menteri BUMN Dahlan Iskan," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya, usai peresmian proyek-proyek di Batam, Kepulauan Riau, Rabu.
Menurut dia, per 1 Juli 2014, harga jual elpiji naik Rp1.000 menjadi Rp6.944 per kg dengan harga di tingkat konsumen Rp106.800 per tabung.
Surat tersebut merupakan tindak lanjut konsultasi pemerintah dan Pertamina dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 6 Januari 2014 yang merekomendasikan perlunya Pertamina mengusulkan "roadmap" penyesuaian harga elpiji.
Sesuai surat tersebut, Pertamina akan menaikan harga elpiji 12 kg secara bertahap hingga menuju keekonomian mulai 1 Juli 2016.
Rinciannya, setelah 1 Juli 2014, harga elpiji naik Rp1.500 per 1 Januari 2015 dan Rp1.500 mulai 1 Juli 2015.
Setelah itu tanggal 1 Juli 2015, harga elpiji akan menjadi Rp9.944 per kg dengan estimasi sampai konsumen Rp150.000 per tabung 12 kg.
Kemudian tahun 2016, direncanakan dua kali lagi kenaikan yakni per 1 Januari sebesar Rp1.500 dan 1 Juli Rp1.500.
Harga elpiji akan mencapai keekonomian per 1 Juli 2016 sebesar Rp11.944 per kg dengan estimasi sampai konsumen Rp180.000 per tabung.
Setelah Juli 2015, penyesuaian harga elpiji 12 kg nonsubsidi diusulkan secara otomatis setiap enam bulan.
Pengurangan kerugian akibat kenaikan harga elpiji akan digunakan membangun sejumlah terminal elpiji senilai 543 juta dolar AS, diantaranya, terminal senilai 35 juta dolar di Medan dengan target operasi 2017, revitalisasi terminal Tanjung Uban, Kepri 8,2 juta dolar dan terminal berpendingin (refrigerated) di Jabar 215 juta dolar mulai 2016.
Lalu, terminal bertekanan (pressurised) di Jawa bagian barat 35 juta dolar mulai 2017, depot di Tegal 35 juta dolar 2018 dan terminal refrigereted di Jatim 215 juta dolar pada 2019.
Hanung mengatakan, dengan kurs Rp12.000 per dolar AS, maka kerugian tanpa kenaikan sekitar Rp6 triliun per tahun.
(K007)
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014