pemulihan hubungan antara Indonesia dan Singapura perlu dilakukan dengan adanya konsultasi bilateral dengan agenda pembahasan isu-isu yang sensitif, dan tidak menjadikannya konsumsi publik.
Jakarta (ANTARA News) - Ketegangan yang sedang terjadi antara Indonesia dan Singapura terkait penamaan KRI Usman-Harun, jangan dibiarkan berkepanjangan dan berdampak pada cita-cita kawasan Asia Tenggara untuk mewujudkan komunitas integral ASEAN pada 2015.
Pakar hubungan internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, dihubungi dari Jakarta, Rabu, mengatakan polemik yang kini sedang terjadi antara dua negara ekonomi terkuat kawasan ini memang berpotensi menganggu perwujudan komunitas ASEAN yang berisi kerja sama di berbagai bidang, termasuk juga keamanan dan ekonomi.
"Maka dari itu, pemulihan hubungan antara Indonesia dan Singapura perlu dilakukan dengan adanya konsultasi bilateral dengan agenda pembahasan isu-isu yang sensitif, dan tidak menjadikannya konsumsi publik," kata dia.
Selain itu, lanjut Rezasyah, perlu ada kesadaran dari Singapura untuk tidak lagi mempermasalahkan mekanisme dalam negeri yang berlaku di pemerintahan Indonesia.
"Singapura perlu juga memahami bahwa Indonesia kini berbeda dengan kondisi di era 1960-an, di mana saat ini prinsip keterbukaan dan etika semakin dijunjung tinggi, serta selalu berkoordinasi dengan parlemen (DPR)," ujar Direktur Eksekutif Indonesian Center of Democracy, Diplomacy and Defense ini.
Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa dalam video wawancara dengan media Singapura yang dilansir media Straitstimes, Rabu ini, mengatakan, penamaaan KRI Usman-Harun, tidak ada maksud menyakiti atau merusak hubungan antara Indonesia dan SIngapura.
Marty mengatakan Indonesia sangat menghargai hubungan dengan Singapura dalam semua dimensi dan tertarik untuk terus memelihara hubungan itu.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014