Strategi pressing tinggi

Gaya permainan sepak bola Jerman sedikit bergeser dari menerapkan possesion football kini bermain dengan skema dan strategi high pressing atau counter-pressing yang menekankan para pemain untuk melakukan pressing mulai dari lini depan permainan.

Strategi tersebut lebih tenar dengan sebutan gegenpressing yang diterapkan oleh pelatih asal Jerman, Juergen Klopp bersama dengan Liverpool maupun timnya sebelumnya Borussia Dortmund maupun Mainz.

Sebenarnya strategi ini tak bisa dilepaskan dengan pelatih timnas Austria, Ralf Ragnick yang menjadi "mahaguru" dari Juergen Klopp dan Julian Nagelsmann. Strategi ini merupakan reaksi yang memberikan tekanan kepada lawan saat dalam situasi perebutan bola dengan menutup setiap ruang umpan lawan.

Semua pemain dalam strategi pressing ini dituntut untuk bergerak menutup ruang saat dalam posisi bertahan dan melakukan pergerakan yang lebih dinamis untuk mengeksploitasi ruang saat dalam posisi menyerang.

Di ajang Piala Eropa 2024, Nagelsmann condong menerapkan skema formasi 4-2-3-1 yang bisa berganti 3-4-3 saat dalam proses transisi.

Hasil strategi counter-pressing ini tak begitu mengecewakan dengan tim Panser mencatatkan rerata 2,21 gol per pertandingan, melepaskan 94 tembakan di seluruh pertandingan, 91 persen akurasi umpan bola per pertandingan dan rerata penguasaan bola 59 persen.
Pelatih timnas Jerman, Julian Nagelsmann seusai pertandingan antara Jerman menghadapi Spanyol di babak perempat final Piala Eropa 2024 atau Euro 2024 di Mercedes-Benz Arena, Stuttgart, Jumat (5/7).(ANTARA/AFP/TOBIAS SCHWARZ)

Baca juga: Nagelsmann sanjung lini pertahanan Jerman saat kalahkan Hongaria

Jerman tampil lebih fleksibel dan dinamis meski masih kerap kecolongan ketika menghadapi negara-negara dengan skema serangan balik cepat seperti Denmark. Kendala kedua dari strategi Nagelsmann yakni para pemain yang tidak bisa lama memainkan tempo yang diinginkannya dalam strategi pressing ini.

Faktor usia dan stamina menjadi kunci dari penerapan strategi Nagelsmann di tim yang menuntut setiap pemain mempunyai daya jelajah tinggi. Faktor tersebut terasa ketika Die Mannschaft sudah kehilangan daya saat menghadapi Spanyol dan pertandingan memasuki perpanjangan waktu.

Kendala tersebut juga sepertinya dipahami Nagelsmann yang tak mempunyai banyak pilihan dengan kedalaman skuad yang tak begitu klop dengan strateginya.

Kekalahan atas Spanyol juga menjadi pukulan untuk mantan pelatih Bayern Muenchen tersebut agar segera melakukan proses regenerasi tim, yang setidaknya dengan skuad muda mampu bermain lebih dengan gaya pressing tinggi-nya.

"Kami memiliki skuad yang tidak terlalu muda. Kami pasti akan mengubah beberapa hal," kata Julian Nagelsmann dikutip dari AFP, Sabtu.

"Kami akan melakukan sesuatu dengan skuad untuk memberikan beberapa pertandingan bagus dan mengumpulkan tim terbaik untuk kualifikasi Piala Dunia 2026," imbuh mantan pelatih RB Leipzig tersebut.

Baca juga: Luis de la Fuente sebut Timnas Spanyol seperti "kuda pemenang"
Baca juga: Ilkay Gundogan peringatkan Jerman untuk tampil lebih baik lagi


Selanjutnya: Pekerjaan besar Nagelsmann

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024