43 tahun tak terkalahkan

Tapi dalam kurun 43 tahun terakhir, Swiss tak pernah bisa mengalahkan Inggris. Pertemuan terakhir mereka dalam laga persahabatan 2022 pun dimenangkan oleh Inggris dengan 2-1. Swiss juga tak pernah berhasil mencapai empat besar turnamen internasional yang diikutinya.

Tetapi itu tak membuat pasukan Murat Yakin patah hati. Mereka justru semakin yakin bisa melanjutkan proyek membunuh raksasa-raksasa sepak bola Eropa, setelah menyingkirkan juara bertahan Italia dan hampir mempermalukan Jerman pada pertandingan fase grup.

Kemenangan atas Italia membuat Swiss semakin yakin bahwa mereka tak akan berhenti hanya pada babak perempat final.

Yakin sesumbar bahwa sukses menjegal Italia memberi pesan kepada lawan-lawan Swiss, termasuk Inggris, bahwa Swiss tak saja kompak dan tangguh dalam bertahan, tapi juga maut kala menyerang.

Mereka tim padu karena telah bersama selama 10 sampai 15 tahun, yang dimulai sejak mereka bermain untuk timnas junior. Situasi in membantu Yakin dalam meramu tim kuat yang hanya sekali kalah dalam 19 pertandingan sejak awal 2023.

Mereka tim yang mengandalkan kesatuan dan kebersamaan yang miskin bintang tak seperti Inggris. Hanya gelandang Bayer Leverkusen Granit Xhaka dan bek Manchester City Manuel Akanji yang namanya mendunia.

Tapi Swiss lebih dari sekadar tim sepak bola karena mereka juga sekumpulan teman yang sering bareng dan mengenal betul satu sama lain, termasuk trio Dan Ndoye, Michel Aebischer dan Remo Freuler yang sama-sama memperkuat Bologna di Liga Italia dan menjadi tiga pemain kunci Swiss selama Euro 2024.
Pelatih Swiss Murat Yakin bersama Granit Xhaka pada laga Swiss vs Jerman di Frankfurt Arena, 23 Juni 2024. ANTARA/AFP/Thomas Kienzle/pri.

Baca juga: Xhaka usung target tinggi bersama Swiss pada Euro 2024

Sebaliknya, kekompakan menjadi barang mewah untuk Three Lions. Mereka terdiri dari pemain-pemain bintang yang bermain cemerlang bersama klub-klub mereka tapi di bawah standar bersama timnas.

Three Lions hanya sekali memenangkan laga normal 90 menit selama Euro 2024. Herannya, Southgate enggan merombak sebelas pemain pertamanya.

Kini dia dipaksa merombak timnya setelah tak bisa menurunkan bek Marc Guehi akibat akumulasi kartu. Southgate harus berhitung ulang di lini pertahanannya, apalagi Swiss memiliki tim serang yang kuat yang dua kali menjebol gawang Italia yang terkenal memiliki pertahanan yang tangguh.

Perubahan ini juga untuk mengakomodasi Phil Foden untuk bermain sebagai penyerang tengah seperti dia perankan di Mancheste City.

Southgate menaruh Foden di sayap kiri agar bisa mengoptimalkan peran Jude Bellingham yang sejak di Real Madrid terbiasa menjadi gelandang serang, padahal posisi alamiah pemain ini adalah posisi seperti Declan Rice sebagai gelandang tengah.

Southgate mungkin memasang Foden dan Bellingham lebih ke tengah, untuk melapis Harry Kane. Dengan cara ini, dia bisa menjawab pertanyaan mengenai lini serang yang mandul.

Baca juga: Kane harap timnya tetap tenang hadapi tekanan dan lakukan evaluasi

Selanjutnya: Rombak lini belakang

Copyright © ANTARA 2024