Untuk pertama kalinya dalam 128 tahun sejarahnya, Olimpiade siap mencapai pembagian gender merata 50-50 di antara para pesertanya, yang menandai sebuah tonggak penting...
Beijing (ANTARA) - Olimpiade Paris mendatang digadang-gadang berpotensi menjadi Olimpiade dengan kesetaraan gender tertinggi dalam sejarah, sebuah klaim yang meski masih diperdebatkan, mencerminkan langkah signifikan menuju inklusivitas.

Untuk pertama kalinya dalam 128 tahun sejarahnya, Olimpiade siap mencapai pembagian gender merata 50-50 di antara para pesertanya, yang menandai sebuah tonggak penting. Proyeksi menunjukkan bahwa 10.500 atlet akan tampil di Paris, dengan representasi yang sama 5.250 pria dan 5.250 wanita.

Namun, bagaimana keseimbangan yang luar biasa ini dapat dicapai?

Olimpiade Paris akan menyuguhkan 32 cabang olahraga yang mencakup 329 nomor. Mencapai kesetaraan gender dalam jumlah peserta membutuhkan lebih dari sekadar menyeimbangkan jumlah atlet pria dan wanita di setiap cabang.

Misalnya, senam ritmik, yang mencakup 94 atlet wanita, tetap menjadi disiplin khusus wanita. Demikian pula, gulat Yunani-Romawi tidak melibatkan peserta putri. Sebagian besar didominasi oleh atlet putri karena kesenjangan performa yang substansial, atlet putra diizinkan untuk berkompetisi dalam renang artistik untuk pertama kalinya dalam sejarah Olimpiade dalam nomor beregu di Paris, meskipun tidak ada yang masuk dalam daftar 10 tim yang lolos.

Untuk mengatasi kesenjangan ini, pihak penyelenggara telah menyesuaikan kuota tim dalam olahraga kolektif seperti polo air dan sepak bola, dengan tujuan untuk memastikan kesetaraan gender secara keseluruhan. Polo air putra akan diikuti oleh 12 tim, sementara nomor putri akan diikuti oleh 10 tim. Di  sepak bola, 16 tim putra dan 12 tim putri akan bertanding di Paris.

Cabang olahraga berkuda menonjol dalam olahraga Olimpiade sebagai satu-satunya disiplin yang melibatkan persaingan langsung antara atlet putra dan putri, bahkan tanpa membedakan kudanya. Joki kuda wanita telah menunjukkan kehebatan yang setara dengan joki pria, seperti dibuktikan dalam Olimpiade Tokyo, ketika atlet putri menyabet sembilan dari 15 medali emas dalam kompetisi berkuda.

Namun, beberapa pihak berpendapat bahwa sifat unik olahraga berkuda, dengan peran kuda dapat mengurangi signifikansi gender penunggangnya, memfasilitasi kompetisi percampuran gender tersebut. Di luar pertandingan beregu campuran, memisahkan antara peserta putra dan putri menghormati perbedaan fisiologis dan harus dianggap sebagai bentuk lain dari upaya mempromosikan kesetaraan gender.

Masih harus dilihat apakah keseimbangan gender yang presisi ini akan dipertahankan pada saat Olimpiade Paris resmi bergulir, karena berbagai faktor dapat memengaruhi hasil akhir. Namun demikian, upaya Prancis yang berkomitmen untuk menegakkan kesetaraan gender tidak diragukan lagi, sesuai dengan negara itu yang telah menelurkan tokoh-tokoh terkemuka seperti Marie Curie, Joan of Arc, Simone Weil, dan Simone de Beauvoir. 



 

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024