Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga meyakini, hubungan bilateral perdagangan Indonesia-Jepang dapat terus ditingkatkan melalui terobosan baru dalam kerja sama ekonomi dengan memanfaatkan perjanjian Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).

Jerry menyampaikan, mengapresiasi dukungan dari Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) dalam meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan Indonesia-Jepang yang semakin kuat dan berlanjut.

"Dengan melihat perjuangan perundingan yang cukup panjang, diharapkan pelaku usaha dapat memanfaatkan IJEPA karena banyak peluang akses pasar dari kedua negara yang bisa ditingkatkan dan dikembangkan," ujar Jerry melalui keterangan di Jakarta, Jumat.

Dalam waktu dekat, kedua negara akan segera menandatangani Protokol Perubahan IJEPA setelah lima tahun perundingan atau General Review IJEPA pada 2019.

Kemajuan perundingan Protokol Perubahan IJEPA saat ini dalam tahap kajian hukum (legal scrubbing) dan finalisasi teks draf. Perubahan dan peningkatan dalam Protokol Perubahan IJEPA meliputi bab Trade in Goods, Trade in Services, Electronic Commerce, Movement of Natural Persons, Cooperation, Intellectual Property, dan Government Procurement.

Baca juga: Indonesia-Jepang selesaikan perundingan protokol perubahan IJEPA

Protokol Perubahan IJEPA ditargetkan akan selesai pada minggu kedua Juli 2024, yang dilanjutkan dengan proses administratif di internal Pemerintah. Kedua negara menargetkan penandatanganan oleh Menteri Perdagangan RI dan Menteri Luar Negeri Jepang adalah pada September 2024.

Jerry mengatakan, perjanjian bilateral IJEPA merupakan kesepakatan bilateral pertama yang dimiliki Indonesia. IJEPA ditandatangani pada 20 Agustus 2007 di Jakarta dan diimplementasikan pada 1 Juli 2008 (entry into force). Hal ini membuktikan, Jepang adalah mitra dagang dan investasi yang penting bagi Indonesia.

Nilai investasi Jepang ke Indonesia pada 2019-2023 mencapai 18,3 miliar dolar AS dengan sektor utama meliputi energi, otomotif, dan properti. Saat ini, Indonesia juga mendorong investasi asing yang masuk ke sektor energi terbarukan sebagai bagian dari komitmen pencapaian emisi nol bersih (net zero emission) pada 2060 atau lebih awal.

Baca juga: Indonesia dan Jepang bahas eliminasi pos tarif ikan olahan

Menurut Jerry, negara-negara di dunia, termasuk para pelaku bisnis, harus lebih mempererat kerja sama dan kolaborasinya untuk mengatasi krisis global. Hal ini sebagaimana yang menjadi komitmen antara pelaku bisnis Jepang dan Indonesia.

"Indonesia dan Jepang perlu mempererat kerja sama dalam mengatasi krisis global. Peluang kerja sama di sektor energi terbarukan cukup dibutuhkan sektor energi di Jepang. Salah satunya, penyediaan produk biomassa, seperti cangkang sawit (palm kernel shell) dan pelet kayu (wood pellet) dari Indonesia," katanya.

Pada 2023, nilai ekspor cangkang sawit Indonesia ke Jepang mencapai 550,98 juta dolar AS atau naik 40 persen dibanding 2022. Selain itu, ekspor pelet kayu Indonesia ke Jepang tercatat 10,2 juta dolar AS atau naik 45 persen dibanding tahun 2022.

Selain di sektor energi, Indonesia juga ingin berkontribusi sebagai mitra penyediaan pangan di Jepang. Pasalnya, sebanyak 60 persen kebutuhan pangan di Jepang masih dipenuhi dari impor.

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024