Rodri vs Kroos

Pertandingan ini juga menjadi pembuktian untuk superioritas semua lini di kedua tim, baik lapangan tengah, lini serang maupun unit pertahanan.

Namun, yang paling menyita perhatian adalah kecemerlangan pemain-pemain lini tengah mereka, khususnya Rodri dan Toni Kroos, yang adalah otak permainan kedua tim yang menggubah ritme permainan timnya tapi merusak rencana permainan lawan.

Kroos memutuskan membela lagi Jerman menjelang kick off Euro 2024 padahal tiga tahun lalu sudah menyatakan pensiun membela timnas Jerman.

Ternyata, keputusan pelatih Julian Nagelsmann, yang juga menyisihkan sejumlah pemain senior untuk digantikan beberapa pemain Bayer Leverkusen, dalam memanggil lagi Kroos, benar. Bahkan ini pemain-pemain pun merasakannya, salah satunya Leroy Sane.

Sane menilai sebelum Kroos masuk skuad, Jerman tampil tak konsisten. Tapi begitu Kroos hadir untuk menjadi jenderal lapangan tengah De Mannschaft, kelemahan Jerman tertutupi.

Pelatih Spanyol, Luis de la Fuente, juga mengakui krusialnya Kroos bagi Jerman. Dia bahkan berseloroh ingin mengikat kedua kaki Kroos, karena dari pemain inilah visi dan serangan Jerman dimulai.

Ironisnya, de la Fuente juga memiliki jenderal lapangan yang sama hebatnya dengan Kroos, yakni Rodri.

Seperti Kroos, Rodri yang disebut pelatih Manchester City Pep Guardiola sebagai pemain komplit yang ditunjang fisik yang kuat nan ideal, adalah virus positif yang membuat timnya tetap dingin dan tenang kendati tengah tertekan, terutama karena tak kunjung bisa menjebol lawan.

Contohnya adalah saat pemain-pemain Spanyol gugup karena kebobolan lebih dulu dari Georgia pada laga 16 besar.

Rodri yang sebenarnya bukan kapten tim, meminta rekan-rekannya tenang. Dia membuktikan ketenangan itu dengan menyarangkan gol yang menutup keunggulan Georgia hingga meretas kemenangan 4-1 dari tim Eropa timur itu.

Rodri dan Kroos akan saling membuktikan siapa di antara mereka yang mempunyai penciuman tajam dan teknik canggih dalam mengaransemen timnya menggapai kemenangan.

Tak kalah menarik adalah pertarungan dua sayap serang muda nan eksplosif, Jamal Musiala yang berusia 19 tahun dan Yamine Yamal yang berumur 16 tahun.

Musiala tampil cemerlang dengan menciptakan tiga gol dari empat laga Euro 2024, sedangkan Yamal, walau belum mencetak gol, menjadi sensasi Euro edisi ini karena penampilannya yang menawan.

Yamal telah mempersembahkan dua assist guna menjadi remaja ketiga setelah Enzo Scifo pada 1984 dan Cristiano Ronaldo pada 2004 yang membuat lebih dari satu assist dalam Piala Eropa.

Baca juga: Jadwal lengkap perempat final Euro 2024: Spanyol vs Jerman
Baca juga: Kroos percaya diri laga lawan Spanyol bukan laga terakhirnya



Halaman berikut: Komposisi pemain kemungkinan tak begitu berubah

Copyright © ANTARA 2024