Lanzhou (ANTARA) - Mengenakan jas laboratorium berwarna putih dan masker, pria asal Chad bernama Tidjani Daoussa mengikuti instruksi seorang teknisi China saat dirinya belajar mengoperasikan peralatan penyulingan dan produksi hidrogen.

Daoussa (32) adalah seorang karyawan di N'Djamena Refinery Co., Ltd., sebuah perusahaan patungan antara China National Petroleum Corporation (CNPC) dan perusahaan minyak milik pemerintah Chad. Dia bergabung dengan perusahaan itu pada 2017 setelah lulus dari China University of Geosciences (Wuhan) dengan gelar di bidang teknik perminyakan.

Daoussa merupakan satu dari 30 warga Chad yang tiba di Jiuquan, Provinsi Gansu, China barat laut, pada akhir Mei untuk berpartisipasi dalam program pelatihan selama tiga bulan yang ditawarkan oleh Yumen Oilfield milik CNPC.

"Kami memfasilitasi mereka dengan sejumlah kursus tentang peningkatan keterampilan, keselamatan dan kesiapsiagaan darurat, serta pertukaran lintas budaya," ungkap Jiang Rui, seorang karyawan Yumen Oilfield.

Dia menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk melatih lebih dari 1.000 pekerja Chad dalam lima tahun, dan secara bertahap memperkenalkan standar keterampilan kejuruan CNPC di Chad.

Di bawah kerangka kerja Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI), Gansu telah mendorong kerja sama berkualitas tinggi dengan negara-negara mitra BRI di industri-industri utamanya, termasuk penyulingan minyak bumi, energi surya, dan pertanian lahan kering. Semakin banyak ilmuwan dan teknisi China yang memainkan peran penting dalam upaya ini.

Di sebuah ruang pameran di Institut Penelitian Energi Alam Gansu, sebuah stasiun pompa tenaga surya kecil yang luasnya kurang dari 1 meter persegi dipajang. Staf institut tersebut, Qiao Junqiang, menjelaskan bahwa perangkat itu dikembangkan pada 2017 dan sejak itu telah diadopsi dalam pertanian percontohan di Pakistan dan Nepal.

"Stasiun pompa tersebut dapat memompa 16 ton air per harinya, yang dapat mengairi lahan pertanian seluas 8 mu (sekitar 0,53 hektare) atau memasok air minum untuk 320 orang," kata Qiao.

Di sektor pertanian, proyek kerja sama internasional yang dipimpin oleh Long Ruijun, seorang profesor di Fakultas Ekologi Universitas Lanzhou, saat ini sedang berjalan. Proyek itu bertujuan untuk menganalisis pengaruh keanekaragaman vegetasi terhadap pemilihan pakan dan performa laktasi yak di kawasan trans-Himalaya.

"Penduduk daerah pegunungan di negara-negara seperti Pakistan dan Nepal mencari nafkah dengan beternak yak. Proyek ini diharapkan dapat memperkenalkan konsep dan model pembiakan yak yang canggih," tutur Long, seraya menekankan pentingnya hal tersebut bagi ketahanan pangan.

Selama lebih dari dua dekade, Long dan timnya telah berkolaborasi dengan lebih dari 10 negara dan kawasan, termasuk Pakistan, Tajikistan, dan Nepal, di bidang pertanian dan peternakan.

"Di bawah kerangka BRI, kerja sama dalam pembangunan platform, pelatihan teknis, dan pelatihan personel akan semakin mendalam, dan industri-industri kompetitif di China barat laut akan terus berkembang," kata Long.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024