Siak, Riau, (ANTARA) - Matahari sore itu masih terasa menyengat bagi orang-orang yang berada di hamparan sawah. Hampir semua areal sawah itu disesaki padi berumur muda.
 
Namun, di antara hamparan luas itu, ada dua petak sawah dengan luas sekitar hampir satu lapangan sepak bola yang terlihat kering. Tumbuhan di atasnya terlihat kering menguning walaupun ada dua parit di sisinya yang mengalirkan air tak seberapa.
 
Tempat aliran air itu disebut parit tersier yang mengairi lahan sawah dengan menggunakan pompa. Air tidak mengalir begitu saja seperti sawah terasering dari atas ke bawah.
 
Hal itu karena sawah di sini tak berjenjang alias mendatar seperti hamparan. Saluran irigasi tersier ini mengelilingi sejumlah petak sawah untuk kemudian memberikan aliran air, tapi sering tak mencukupi.
 
Ini adalah sawah rawa yang lebih rendah dari permukaan laut, tidak ada air gunung yang mengalirinya. Karena di sini memang tak ada gunung sehingga hanya mengandalkan hujan sebagai sumber airnya.
 
Dua petak sawah yang kering itu memang menjadi "korban" kekurangan air. Andaipun air parit tersebut dipompa ke petak sawah, volume airnya juga tidak akan mencukupi kebutuhan tanaman padi yang memang memerlukan banyak air.
 
Begitulah kondisi pertanian sawah di Kampung Langsat Permai, Kecamatan Bungaraya, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, yang mendekati Pesisir Timur Sumatera. Meski lebih banyak mengandalkan air hujan, masyarakat di kampung ini sudah menggarap sawah sejak tahun 1984.
 
Hingga sekarang sawah masih membentang meskipun sudah dikelilingi tanaman kelapa sawit, yang setiap saat mengancam arealnya  karena ekspansi perkebunan sawit. Sawit memang menjadi primadona di Provinsi Riau dengan hasil yang sudah bisa dinikmati tiap 2 pekan sekali. Tak seperti padi yang harus menunggu satu musim atau 6 bulan.
 
Bupati Siak, Alfedri, awal Juli lalu menanam bibit padi di Kampung Langsat Permai, yang berjarak 1 kilometer dari Jalan Lintas Siak-Bengkalis.
 
Dengan memakai sepatu bot, Bupati Siak menjajaki jalan bersemen yang membelah hamparan sawah tersebut. Ia lantas menyeberangi parit tersier di atas jembatan tanah dan menuju salah satu petak sawah yang akan ditanami bibit padi.
 
Penanaman bibit padi tersebut dilakukan  bersama Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Provinsi Riau Shannora Yuliasari, Komandan Distrik Militer 0322 Siak Letkol Arhanud Riyanto Budi Nugroho, Kepala Dinas Pertanian Siak Irwan Syahputra, Camat Bungaraya Warsito, dan Kepala Desa Kampung Langsat Permai.
 
"Kerja saya waktu kecil menanam padi di sawah. Nanti sawah ini saya yang panen, ya," kelakar Alfedri di sela-sela menanam padi.
 
Aktivitas tersebut menjadi bagian kegiatan turun sawah dan pembagian alat mesin pertanian kepada 29 kelompok tani di Kabupaten Siak. Sebanyak 25 kelompok tani atau poktan menerima pompa 4 inci, dua cultivator, satu rice planter,  penyemprot hama, serta bibit padi.
 
Ketua Gabungan Kelompok Tani Barokah Jaya, Kampung Langsat Permai, Hanafi, menyebut ada 169 hektare lahan pertanian di kampungnya tersebut, 142 ha di antaranya lahan sawah dan sisanya lahan tanaman holtikultura. Satu hektare sawah menghasilkan 7-8 ton gabah/panen.
 
Permasalahan utama mengelola sawah adalah ketersediaan air yang sebagian besar hanya mengandalkan hujan. Adapun sisanya air dari saluran tersier yang tak seberapa.
 
Oleh karena itu, petani minta Pemerintah membangun pintu air sekunder dengan pompa air besar untuk mengalirkan ke parit atau saluran irigasi tersier. Pintu air ini sudah ada di kampung lain dengan sumber air dari Sungai Siak.
 
"Pada musim kemarau, panen bisa menurun di bawah 5 ton per ha, meski tak pernah sampai gagal panen," ujarnya.


Swasembada beras

Kementerian Pertanian melalui Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Provinsi Riau mendistribusikan 30 alsintan kepada gabungan kelompok tani pada lima kecamatan di Kabupaten Siak. 

"Dapam program pompanisasi, ada 240 pompa se-Riau yang didistribusikan. Untuk Siak ada 25 unit dan satu rice planter," kata Kepala BSIP Riau Sanora Yuliasari.

Selain bantuan tersebut juga diserahkan dua traktor atau cultivator dari APBD Pemerintah Provinsi Riau. Selain itu ada bantuan bibit dan penyemprot hama dari APBD Kabupaten Siak.

Saat ini para petani dihadapkan pada perubahan iklim. Namun begitu pihaknya tetap berusaha ada peningkatan produktivitas panen padi.

Pemerintah telah menetapkan sejumlah target pada daerah untuk meningkatkan produksinya. Di Riau, ada lima kabupaten yang didorong mengembangkan sawah rawa, tidak termasuk Siak. Adapun Siak didorong melakukan percepatan tanam padi gogo di lahan tumpang sisip, baik di perkebunan sawit maupun lahan kering lainnya.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 25 Tahun 2024, target tanam padi gogo untuk Kabupaten Siak seluas 560 hektare.

Kementan juga ingin mempercepat cetak sawah baru seluas 12.000 ha di Kabupaten Siak. Hal ini harus diusulkan paling lambat pada 7 Juli 2024.
Kepala BSIP Riau Sanora Yuliasari dan Bupati Siak Alfedri bersama Gapoktan penerima bantuan alsintan. ANTARA/Bayu Agustari Adha

Bupati Siak Alfedri menyebutkan dari 4.100-an ha lahan sawah di Kabupaten Siak, baru 75 persen yang punya alsintan. "Alhamdulillah, Kementan memberi bantuan ABT alsintan," ujarnya.

Saat ini luas lahan sawah di Kabupaten Siak yakni 4.180 ha dengan lokasi terbesar di Kecamatan Bungaraya 2.400 ha. Luasan tersebut belum mencukupi 70 persen kebutuhan beras Kabupaten Siak.

Terkait target cetak sawah baru 12 ribu ha, pihaknya mengusulkan lahan di sejumlah kecamatan. Terbanyak masih di Kecamatan Bungaraya yakni di Kampung Tuah Inderapura dengan memaksimalkan tanah hak pengelolaan lahan (HPL) transmigrasi. Selain itu nanti ada juga di Kecamatan Sungai Mandau.

"Kita diminta tambah 12 ribu ha. Ada HPL di Tuah Inderapura yang masuk cadangan dan masih memungkinkan. Lalu di Sungai Mandau dan Teluk Lanus, kami usul pinjam pakai lahan hutan," sebutnya.

Alfedri juga menyampaikan agar Siak masuk dalam pengembangan sawah rawa di Provinsi Riau.

Selanjutnya soal tidak adanya sumber air di Kampung Langsat Permai pada tahun 2025 ditargetkan akan dibangun pompanisasi atau pintu air sekunder di Kampung Temusai. Saluran ini nantinya bisa dialirkan ke Kampung Langsat Permai, Temusai, dan Jatibaru.

Jadi sebelum ke laut, air Sungai Siak dialirkan dulu ke sawah. Sekarang program pompanisasi baru ada di Kampung Tuah Inderapura.

Dengan adanya program pertanian tersebut diharapkan Siak bisa swasembada pangan sekaligus memperkuat ketahanan pangan.

Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024