Itu saya sama sekali tidak tahu teknik dasar dayung (saat pertama dipanggil). Itu tiba-tiba di Jatiluhur, kok lihat mendayungnya mundur
La Memo mutiara Pulau Osi

Bercerita kilas balik, La Memo pertama kali ditemukan menjadi sosok "mutiara" baru timnas rowing Indonesia pada tahun 2012. Pria yang besar di Pulau Osi, bagian dari Kabupaten Seram, Maluku, diboyong oleh mantan atlet dayung Indonesia Thomas Kunuela yang memperkenalkannya kepada pencari bakat sekaligus pelatih timnas dayung Indonesia asal Belanda, Boudewin van Opstal.

Opstal yang ditugaskan oleh PB PODSI untuk melakukan regenerasi atlet memang sedang menncari bakat ke daerah-daerah timur seperti Ambon, Sulawesi Selatan dan daerah-daerah lainnya untuk membenahi pencapaian prestasi kontingen Merah Putih yang mulai menurun saat itu.

Memo yang saat itu berusia 16 tahun membuat Opstal kepincut. Sang pemandu bakat itu menilai bahwa postur fisik dari Memo mempunyai potensi untuk menjadi salah satu atlet dayung Indonesia.

"Saya tidak punya kemampuan dasar apa pun, mungkin dulu cuma melaut mencari ikan. Dulu ada pencari bakat, pelatih bule (Boudewin van Opstal) itu pertama kali ke Ambon pada 2012 akhir, cari atlet yang berpostur tinggi-tinggi saja, terus saya dibawa oleh pelatih dayung Maluku Utara (Thomas Kunuela) untuk tes tinggi dan tarikan serta fisik terus tiba-tiba dipanggil," tutur La Memo.

Berbekal tekad yang kuat dan postur badan yang tinggi, meski sama sekali tidak tahu menahu mengenai olahraga dayung akhirnya Memo menerima pinangan Opstal untuk mengikuti pelatihan nasional (pelatnas) di Jatiluhur.

"Itu saya sama sekali tidak tahu teknik dasar dayung (saat pertama dipanggil). Itu tiba-tiba di Jatiluhur, kok lihat mendayungnya mundur," kelakar La Memo mengenai kisah awal kariernya terjun di dunia rowing.

Setahun menjalani pelatihan intensif, Memo dengan cepat menjelma menjadi mutiara Pulau Osi. Ia mampu mempersembahkan medali perunggu pada gelaran SEA Games Myanmar 2013. Usai melakoni SEA Games 2013, Memo turun di ajang Asian Games 2014 dengan menempati peringkat ke-14. Lalu di tahun 2015, Memo mempersembahkan dua medali emas untuk Indonesia dalam gelaran SEA Games 2015.

Puncaknya terjadi pada tahun 2016 ketika Memo secara mengejutkan mampu mengamankan satu tiket Olimpiade Rio 2016. Kepastian tersebut diraih Memo seusai menembus babak final nomor single sculls putra Kejuaraan Dayung Asia-Oceania di Chungju, Korea Selatan.

Satu tiket ke Olimpiade Rio 2016 juga menjadi angin segar untuk dayung Indonesia yang mengalami paceklik, tanpa perwakilan atlet dayung sama sekali pada dua edisi Olimpiade. Tim dayung Merah Putih terakhir kali mengirim atlet pada Olimpiade Athena 2004 yang diwakili oleh Pere Karoba. Memo juga menjadi atlet pertama Indonesia di nomor rowing Olimpiade setelah terakhir kali pedayung Indonesia ikut serta di Olimpiade Helsinki, Finlandia pada 1952.

"Memo menurut saya punya bakat alam. Dia orangnya pemalu. Dari sekian banyak atlet saya dalam satu minggu Latihan dengan intensitas tinggi, Memo itu atlet saya yang jarang melakukan kesalahan di latihan kecuali dia sakit," kata pelatih rowing Indonesia, Muhammad Hadris ketika ditanya mengenai impresi dia terhadap Memo.


Baca juga: La Memo harap regenerasi atlet dayung fokus ke tinggi badan
Baca juga: La Memo ungkap punya keterikatan magis dengan Chungju Korsel


Halaman berikut: Ambisi Memo taklukkan ombak Paris

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2024