Pertemuan itu dilangsungkan 10 hari setelah pertemuan pertama menghasilkan sedikit kesepakatan soal pemindahan para warga sipil dari kota di Suriah yang terkepung, Homs.
Setelah delegasi pemerintah dan oposisi tiba di hotel-hotel tempat mereka menginap di Jenewa, mereka mengadakan pertemuan tertutup secara terpisah dengan mediator dari PBB dan Liga Arab, Lakhdar Brahimi.
Mediator perdamaian veteran asal Aljazair itu pada akhir Januari berhasil membawa kedua pihak bertikai ke meja perundingan untuk pertama kalinya sejak perang saudara mulai meletus pada tahun 2011.
Brahimi dijadwalkan bertemu dengan oposisi pada Senin pukul 10 pagi waktu setempat, demikian laporan AFP.
Setelah itu, satu setengah jam kemudian ia akan bertemu dengan delegasi pemerintah Suriah --dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Walid Muallem, yang juga memimpin tim pemerintah pada perundingan putaran pertama.
Tidak ada keterangan yang jelas tentang apakah kedua pihak itu akan duduk bersama pada hari Senin dalam pertemuan yang dipimpin oleh Brahimi atau berapa lama putaran kedua perundingan ini akan berlangsung.
Perundingan yang disebut dengan Jenewa II itu sejauh ini merupakan dorongan terbesar yang diberikan oleh dunia internasional dalam upaya mengakhiri perang di Suriah.
Pertemuan itu diselenggarakan untuk mewujudkan adanya peralihan politik di Suriah seperti yang diserukan oleh negara-negara kuat dunia pada konferensi internasional di Jenewa tahun 2012.
Rencana tersebut tidak pernah diterapkan.
Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad bersikeras bahwa masa depan jabatan Assad tidak akan dibahas dalam pertemuan di Jenewa.
Sementara oposisi menyatakan Assad ataupun para pengikutnya tidak akan mendapat tempat di masa depan Suriah.
Selain tampaknya sulit mencapai kesepahaman soal bagaimana merancang pemerintahan peralihan, kedua pihak bertikai juga tidak sepakat soal masalah-masalah apa saja yang harus dibahas dalam perundingan.
Rezim Suriah bersikeras bahwa perundingan harus memusatkan pembicaraan pada upaya memerangi "terorisme", yang disebutnya selama ini dikobarkan oleh para jihadis luar negeri serta dana dari Teluk.
Adapun pihak oposisi menginginkan agar pertemuan-pertemuan perundingan membahas aksi-aksi yang dilakukan oleh pihak rezim, seperti membiarkan kondisi kelaparan di wilayah-wilayah yang dikuasai oposisi, melancarkan serangan "bom-bom laras" yang dipenuhi bahan peledak dari helikopter, serta mengerahkan para pejuang Hisbullah, yaitu milisi Syiah Lebanon yang didukung Iran.
Perang Suriah telah menewaskan lebih dari 136.000 orang dan menyebabkan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal --banyak dari mereka yang mengungsi ke Turki, Lebanon, Yordania dan Irak hingga meningkatkan ketakutan bahwa dampak dari konflik Suriah akan tumpah ke kawasan.
(T008)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014