"Supaya kapok! Ini harus dicari kenapa beli bus mahal tapi bobrok...
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mencurigai adanya permainan oknum Dinas Perhubungan (Dishub) sehubungan armada busway yang pengadaannya belum lama tapi disebut-sebut mulai karatan.
"Mungkin ada oknum Dishub yang menerima barang itu disogok, Secara logika kalau kamu beli barang harus periksa dulu. Beli motor atau mobil baru aja kita gak mau terima yang karatan kan?" kata Ahok di Balaikota, Senin.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta mendatangkan sebanyak 310 bus sedang dan bus gandeng untuk armada bus TransJakarta dan bus kota terintegrasi busway (BKTB). Ada laporan banyak bus yang karatan.
Lebih lanjut Ahok berjanji akan menyelidiki terkait pelaporan banyaknya bus rusak tersebut.
"Makanya itu yang akan kita selidiki. Kalau di kapal tongkang terbuka, kesiram air laut aja gak akan karatan kok. Makanya yang dobrak itu yang bermasalah, ini yang saya bilang kita akan selidiki mereka," katanya.
Sebelumnya, Ahok telah meminta agar pembelian bus dilakukan melalui e-catalog.
"Memang niat mereka ini dimenangkan lewat tender, maka saya ngotot pakai e-catalog, tapi mereka sengaja tidak masukkan," katanya.
Seandainya barang dibeli di China, Ahok mengatakan kalau bisa memilih dengan benar, Pemda tetap akan bisa mendapatkan barang yang bagus.
"Di China juga banyak barang bagus. Tapi banyak juga yang jelek, Tapi mereka pasti tanya, kamu mau harga yang berapa. Makanya di sini mengundang kecurigaan, kualitas besi yang dipakai campuran mungkin, makanya gak kesiram air aja karatan. Nah ini mesti diselidiki. Saya minta jaksa, KPK, atau kepolisian tindak," kata Ahok.
Ahok menegaskan akan memeriksa semua jajaran yang terlibat mulai dari pemasok, sampai petugas pengadaan barang.
"Supaya kapok! Ini harus dicari kenapa beli bus mahal tapi bobrok. Saya sudah bilang ke Pristono (Kepala Dishub) kalau uang kita pas-pasan beli mutu yang terbaik. Mahal dikit gak apa-apa," katanya.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014