Seoul (ANTARA) - Anggota lebih dari 90 kelompok advokasi pasien mengadakan unjuk rasa di pusat kota Seoul, Korea Selatan, pada Kamis menyerukan para dokter untuk mengakhiri pemogokan yang telah mengganggu layanan kesehatan masyarakat selama hampir lima bulan.

“Dalam situasi apa pun, layanan medis untuk pasien tidak boleh dihentikan, dan tidak boleh ada indikasi bahwa layanan tersebut dapat dihentikan sehingga menimbulkan kecemasan,” kata kelompok tersebut dalam pernyataan bersama.

Protes yang turut dilakukan anggota dari Organisasi Aliansi Pasien Korea dan Organisasi Penyakit Langka Korea, terjadi ketika para dokter peserta pelatihan meninggalkan tempat kerja mereka sejak akhir Februari, menyebabkan gangguan di rumah sakit-rumah sakit besar, termasuk pembatalan dan penundaan operasi.

“Pasien dan keluarga mereka, serta masyarakat, mengalami kemarahan, kecemasan dan kelelahan di tengah konflik antara pemerintah yang tidak bertanggung jawab dan dokter peserta pelatihan serta profesor kedokteran yang ceroboh,” ucap pernyataan itu.

Unjuk rasa tersebut juga terjadi di tengah lambannya kemajuan antara pemerintah dan komunitas medis dalam meluncurkan dialog dengan para profesor kedokteran yang menjabat sebagai dokter senior di rumah sakit umum.

Para profesor kedokteran baru-baru ini turut bergabung dalam aksi mogok kerja para dokter yang masih magang sebagai bentuk solidaritas.

Meskipun komunitas medis membentuk sebuah komite berupa badan perwakilan terpadu bagi dokter, para dokter peserta pelatihan dan mahasiswa kedokteran telah memboikot inisiatif tersebut dengan alasan gagal mencerminkan suara mereka secara memadai.

Di tengah perselisihan yang berkepanjangan, dokter senior di Asan Medical Center, salah satu dari lima rumah sakit terbesar di Seoul, mulai mengurangi perawatan pasien pada hari Kamis yang bertujuan untuk fokus pada perawatan pasien yang sakit kritis di tengah kekosongan medis yang sedang berlangsung.

Kendati demikian, Kementerian Kesehatan mengatakan para profesor di Asan Medical Center tidak melakukan pemogokan habis-habisan untuk para pasien.

“Kami meminta para profesor kedokteran untuk menahan diri dari mengambil tindakan ekstrem, seperti pemogokan kolektif tanpa batas waktu,” kata pejabat senior Kementerian Kesehatan Kim Guk-il.

Kim juga mendesak para dokter peserta pelatihan untuk segera kembali ke rumah sakit dan menyatakan bahwa pemerintah akan melakukan upaya terbaik untuk membantu menyelesaikan pelatihan mereka.

“Pemerintah akan melakukan upaya terbaiknya untuk melakukan pembicaraan dengan komunitas medis, menanggapi suara putus asa pasien dan keluarga mereka,” tambah Kim.

Sumber : Yonhap

Baca juga: Satu juta warga Korsel tuntut pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol
Baca juga: Praktisi dan akademisi Korsel akan gelar debat reformasi medis


Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024