(Warga Kulon Progo) Miskin tapi belanjanya besar sekali, saya gemas mengapa kita boros, maka saya buat Perda Kawasan Tanpa Rokok, agar yang muda-muda, anak SMP dan SMA tidak merokok
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyarankan keluarga agar mengurangi belanja boros, seperti rokok, karena menyebabkan perekonomian daerah menjadi tidak produktif.

“Masyarakat saya (saat Hasto menjadi Bupati Kulon Progo, DI Yogyakarta) itu borosnya setengah mati. Padahal kabupaten kami dikenal miskin. Lalu saya cari data di BPS, seperti apa pola masyarakat saya, ternyata belanja pertama itu padi-padian, kedua tembakau atau rokok. Ini kehilangan yang tidak terasa, tidak penting rokok itu, tetapi dibelanjakan,” kata Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Kepala BKKBN itu menyampaikan hal tersebut saat memotivasi para penerima beasiswa dalam kegiatan “Persiapan Keberangkatan Angkatan 234 LPDP dengan tema Refleksi Merah Putih: Aku Pergi Untuk Kembali” di Jakarta pada 3 Juli 2024. 

Baca juga: BKKBN: Lebih baik beli makanan bergizi untuk anak ketimbang rokok

Hasto menyoroti belanja rokok warga Kulon Progo yang mencapai Rp96 miliar dalam setahun. Maka untuk mengatasi hal tersebut, ia membuat Peraturan Daerah (Perda) Kawasan Tanpa Rokok.

“(Warga Kulon Progo) Miskin tapi belanjanya besar sekali, saya gemas mengapa kita boros, maka saya buat Perda Kawasan Tanpa Rokok, agar yang muda-muda, anak SMP dan SMA tidak merokok," ucapnya.

Menurutnya, remaja usia SMP dan SMA nantinya akan menanggung populasi menua atau aging population yang pada tahun 2035 jumlahnya meningkat signifikan, sehingga dibutuhkan generasi yang produktif untuk menopang para generasi tua atau baby boomers.

"Adolescent atau remaja saat ini betul-betul yang akan menanggung bencana demografi atau memetiknya," ujar Hasto

Baca juga: Belanja rokok warga Kabupaten Bogor meningkat meski daya beli turun

Ia menekankan penyebab gagalnya bonus demografi antara lain banyak remaja yang menikah pada usia muda, putus sekolah, hamil berkali-kali, serta kematian ibu dan bayi yang tinggi.

Hasto juga menambahkan saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengejar bonus demografi, karena beban generasi muda terhadap orang tua masih sedikit, sehingga generasi muda saat ini disarankan untuk tidak menua sebelum kaya.

“Jangan sampai penduduk menua sebelum kaya. Kalau kita menua sebelum kaya, aging population sudah terjadi, maka berbahaya, sebab kita tidak bisa kaya. Ke depan, Generasi Sandwich (generasi yang memiliki beban ganda untuk menghidupi orang tua dan keluarganya sendiri) akan lebih sedikit. Oleh karena itu tahun paling berat adalah 2035. Jadi kalau mau kaya ya sekarang ini, kalau tidak sekarang kapan lagi, dan kalau bukan kita, ya siapa lagi?" ucap Hasto Wardoyo.

Baca juga: Mensos: BLT BBM jangan digunakan untuk beli rokok

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024