Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah memastikan tidak akan menerbitkan kembali obligasi negara berbentuk Obligasi Negara RI Ritel (ORI) dalam tahun 2006 ini, meskipun masih ada sisa pagu penerbitan obligasi negara dalam tahun 2006 sebesar Rp3,526 triliun. "Sisa pagu itu akan diterbitkan dalam bentuk surat utang negara (SUN) biasa. Kalau ORI kan kita sudah berhasil untuk penerbitan perdana, untuk menerbitkan kembali kita ikuti jadwal yang ditetapkan. Pada 2007 baru bisa dilakukan lagi penerbitannya," kata Dirjen Perbendaharaan Depkeu, Mulia Nasution, di Jakarta, Jumat. Ia mengakui penerbitan kembali ORI akan memperluas basis pasar, sehingga pemerintah berharap dapat menerbitkan ORI secara teratur, meskipun jumlahnya tidak terlalu besar. "Memang tujuannya untuk memperluas basis investor, kemudian juga diharapkan ada perubahan menuju masyarakat investasi," katanya. Ketika ditanya apakah ada kekhawatiran terjadi pengalihan dari ORI kepasar modal atau sektor riil jika ori diterbitkan tahun ini juga, Mulia mengatakan hal itu lebih karena kebutuhannya kita hampir tercukupi. Menurut dia, berdasar pelaksanaan penerbitan ORI-001, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan pengaturan lebih lanjut, seperti treatmen pajaknya dan kerahasiaan investornya. "Juga harus dievaluasi sebenarnya jumlah yang bisa diserap oleh investor itu berapa besar," katanya. Sementara itu, ketika ditanya dari sisa pagu sebesar Rp3,526 triliun, pemerintah akan berapa kali lagi menerbitkan SUN, Mulia mengemukakan yang jelas tanggal 19 pemerintah akan menerbitkan kembali SUN. "Mengenai jumlahnya belum ada keputusan. Itu biasanya diputuskan satu minggu sebelum penerbitan," katanya. Mulia juga menyebutkan pada Selasa (12/9) akan ada debt switching di mana pemerintah menawarkan FR0038 yang jatuh tempo 2018 untuk mengganti SUN yang jatuh tempo 2007-2009. "SUN jatuh tempo 2006 tidak ditawarkan, karena tidak akan menarik bagi pemegangnya," kata Mulia. (*)

Copyright © ANTARA 2006