jika Indonesia ingin menarik lebih banyak investasi terkemuka, ekonomi sirkular adalah nilai jual yang penting
Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Uni Eropa (European Union/EU) untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Denis Chaibi menyatakan sejumlah perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Microsoft dan SpaceX tertarik untuk masuk pasar Indonesia tetapi dengan kepastian adanya penerapan ekonomi sirkular.

“Para raksasa teknologi ini tertarik untuk memasuki pasar Indonesia yang sedang booming, hal ini benar adanya. Namun, salah satu poin penting dalam investasi mereka adalah memastikan adanya ekonomi sirkular,” ujar Denis Chaibi dalam Green Economy Expo 2024 di Jakarta Convention Center, Rabu.

Pada bulan April 2024, diketahui bahwa CEO Apple Tim Cook dan CEO Microsoft Satya Nadella datang ke Indonesia dalam waktu yang berbeda untuk membahas antara lain rencana investasi di Indonesia.

Begitu pula dengan Pemilik sekaligus CEO Tesla Inc dan SpaceX Elon Musk yang menghadiri World Water Forum (WWF) 2024 di Bali, sekaligus meresmikan internet satelit Starlink di tanah air.

“Mereka ingin memastikan iPhone yang mereka produksi bisa didaur ulang di Indonesia. Mereka ingin memastikan bahwa layanan cloud dengan server-nya (memanfaatkan) energi terbarukan. Singkatnya, jika Indonesia ingin menarik lebih banyak investasi terkemuka, ekonomi sirkular adalah nilai jual yang penting,” ucapnya.

Baca juga: Kemenperin bantu industri TPT Indonesia terapkan ekonomi sirkular

Baca juga: Wakil dubes Inggris: "Green Economy Expo" tepat untuk dunia saat ini


Dalam kesempatan tersebut, dia sedang membicarakan perihal tiga dari lima sektor prioritas penerapan ekonomi sirkular di Indonesia yang disusun Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas). Mulai dari elektronik, pangan dan tekstil.

Selain menerapkan ekonomi sirkular pada sektor elektronik guna menarik investor dari para perusahaan teknologi raksasa, Denis menyatakan Program Makan Bergizi Gratis yang diusung Presiden terpilih Prabowo Subianto merupakan cara efektif untuk menjamin ketahanan pangan.

Namun, dia menekankan agar sampah makanan yang berpotensi semakin banyak akibat pelaksanaan program tersebut perlu ditanggulangi dengan baik.

“Setiap tahunnya, limbah makanan dapat menghidupi 28 juta orang. Jika kita bisa mengurangi sampah makanan dengan cara yang wajar, kita bisa memberi makan 10 persen penduduk Indonesia,” kata Denis.

Karena itu, pemahaman lebih baik, tentang produk, penyimpanan, panen, pengelolaan, infrastruktur cold chain, hingga pengelolaan stok di sektor pangan harus diterapkan dengan menggunakan konsep ekonomi sirkular, mengingat ketahanan pangan dan limbah makanan mempunyai kaitan erat.

Terakhir, dia mengungkapkan sektor tekstil yang dapat dikembangkan Indonesia dengan mengikuti tren desain ramah lingkungan seperti pemanfaatan bahan daur ulang agar Indonesia tetap memiliki akses ke pasar Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Apabila aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dapat memasukkan elemen daur ulang, lanjutnya, maka Indonesia mampu menjadi penghasil terbesar bahan daur ulang mengingat negara ini memiliki jumlah konsumen terbesar di Asia Tenggara.

“Jadi, sebagai kesimpulan, ekonomi sirkular sangat penting untuk melaksanakan prioritas Presiden terpilih dalam bidang ketahanan pangan. Penting untuk terus menarik investasi bernilai tinggi dan berteknologi tinggi, dan penting bagi Indonesia untuk mempertahankan keunggulan kompetitif di bidang tekstil dan alas kaki, dengan menyesuaikan aturan kandungan lokal (TKDN) dengan aturan mengenai bahan daur ulang,” ungkap Dubes Uni Eropa tersebut.

Baca juga: Bappenas siapkan ekosistem agar ekonomi sirkular berjalan

Baca juga: Bappenas luncurkan peta jalan ekonomi sirkular 2025-2045


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024