Jakarta (ANTARA News) - Fenomena air laut surut di Pantai Karangantu, Serang Provinsi Banten yang terjadi beberapa hari terakhir disebabkan gaya tarik bulan dan matahari.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari situs Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jakarta, Sabtu, hal tersebut terjadi akibat posisi bulan dan matahari terhadap bumi.
Di media sosial, surutnya air di Pantai Karangantu menjadi perbincangan dan menimbulkan kekhawatiran.
BMKG mencatat pada 30 Januari 2014, jarak bumi dan bulan mencapai titik terdekatnya (perigee) dengan jarak sebesar 357079,741 km.
Peristiwa ini hanya berselisih 11.41 jam dari fase bulan baru atau konjungsi atau terjadi pada 30 Januari 2014 pukul 21.41 UT atau 31 Januari 2014 pukul 04.41 WIB.
Maka posisi bulan tersebut berefek menimbulkan pasang atau surut air laut dalam waktu dua hingga tiga hari ke depan.
Biasanya fenomena air laut surut dapat terjadi akibat beberapa kemungkinan seperti terjadi setelah didahului gempa bumi kuat yang mengakibatkan dasar laut bergerak naik (patahan naik) atau turun. Fenomena air laut yang disebabkan patahan tersebut akan menimbulkan tsunami beberapa menit setelah gempabumi.
Berdasarkan pemantauan seismik dari wilayah Banten dan Sumatera (Lampung) sejak 4 Februari sampai 5 Februari 2014 tidak ada rekaman gempa bumi yang terjadi.
Fenomena air laut surut dapat juga terjadi akibat adanya longsoran atau amblesan dasar laut dalam skala besar. Berdasarkan pemantauan seismik di daerah tersebut tidak ada rekaman gempa bumi guguran (longsoran) yang terjadi.
Fenomena air laut surut dalam periode yang lama adala adanya fenomena "uplift zona" sekitar pantai. Gerakan uplift ini tidak dapat terpantau dari stasiun seismik tapi dapat dianalisis dari data GPS.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014