pembudidaya juga perlu memperhatikan penempatan kandang maggot agar tidak terpapar sinar matahari secara langsung untuk keberlangsungan hidup maggot
Jakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyebut budidaya maggot sebagai upaya mereduksi sampah organik membutuhkan pengondisian terhadap suhu serta penempatan kandang yang tepat.

"Karena mengurus makhluk hidup perlu ketelatenan, kesabaran dalam memelihara perlu pengondisian terhadap cuaca, suhu. Harus betul-betul sejuk," kata Kepala Bidang Pengurangan dan Penanganan Sampah DLH DKI Jakarta Dedy Setiono dalam acara daring bertema "Pengolahan Sampah Organik dengan Biokonversi Black Soldier Fly (BSF) Maggot" yang diadakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Rabu.

Dia juga menuturkan pembudidaya juga perlu memperhatikan penempatan kandang maggot agar tidak terpapar sinar matahari secara langsung untuk keberlangsungan hidup maggot.

"Jadi jangan terlalu panas, tidak terpapar matahari secara langsung. Kalau enggak maggotnya tidak akan bertahan lama," tutur dia.

Hal lain yang perlu diperhatikan yakni tidak semua jenis sampah organik disukai maggot. Menurut Dedy, maggot menyukai sampah organik dapur termasuk sisa makanan, daging buah alih-alih kulit, yang semuanya bertekstur lunak.

"Hanya sampah organik yang lunak yang bisa direduksi. Kalau daun sudah pasti enggak mau. Karena dia enggak punya gigi. Dia hanya menghisap-hisap. Dia picky terhadap sampah organik yang sifatnya lunak," ujar dia.

Dedy kemudian mengingatkan pembudidaya untuk mewaspadai gangguan dari hama seperti tikus dan burung karena maggot menjadi sumber makanan bagi hewan-hewan tersebut.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini menilai black soldier fly (BSF) maggot paling efektif dalam mereduksi sampah organik, yakni sekitar 86 persen dalam 24 jam.

Penanganan sampah organik menggunakan BSF sendiri sudah tercantum dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 55 Tahun 2021 tentang Pengurangan dan Penanganan Sampah. Dalam Pasal 8 ayat 2 disebutkan bahwa salah satu upaya mengatasi sampah organik menggunakan BSF atau maggot.

"Kami sudah lama mengkaji bagaimana penanganan sampah organik melalui BSF. Larva mampu menghabiskan sampah organik sebanyak 1 ton diperlukan larva sekitar 100 kilogram," demikian kata Dedy.
Baca juga: DKI raih sejumlah penghargaan pada Program Kampung Iklim
Baca juga: Volumenya 7.700 ton, Anies ajak warga reduksi sampah rumah tangga
Baca juga: Larva ajaib pengurai sampah organik

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024