Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Jumat pagi, melemah tipis menjadi Rp9.100/9.103 per dolar AS dibandingkan dengan posisi penutupan hari sebelumnya pada level Rp9.095/9.100 atau mengalai penurunan sebesar lima poin.
"Laporan peringkat investasi Indonesia yang merosot masih menekan rupiah, sehingga mata uang lokal itu tetap melemah," kata analis Valas PT PaninBank, Jasman Ginting, di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan rupiah masih terkoreksi, namun tidak besar yang terlihat dari tingkat harga tertinggi dan terendah berada dalam kisaran sempit Rp9.100 dan Rp9.103 per dolar AS.
Karena itu, peluang rupiah untuk bisa kembali menguat cukup besar, apalagi dengan adanya kemauan yang keras dari pemerintah untuk segera mengeluarkan belanja negara ke sektor yang lebih produktif, katanya.
Rupiah, lanjut Jasman Ginting, seharusnya sudah bisa bergerak naik yang didukung oleh kenaikan yen, namun agak tertahan oleh melemahnya pasar saham regional yang pengaruhnya cenderung lebih besar, sehingga mata uang lokal terkoreksi.
"Kami optimis pasar akan kembali memburu rupiah pada penutupan sore nanti, melihat kinerja ekonomi makro Indonesia cukup baik, katanya.
Pelaku pasar, menurut dia saat ini sedang memfokuskan perhatian pada pertumbuhan ekonomi AS yang saat ini dinilai kurang menggembirakan, yang memicu bank sentral AS (The Fed) merencanakan akan menaikkan lagi suku bunganya.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi AS terlihat dari sektor perumahan yang cenderung melemah yang membuat pemerintah melakukan kebijakan baru untuk mengatasi inflasi yang cenderung terus meningkat.
Kondisi inilah yang membuat pelaku pasar hati-hati untuk masuk pasar lebih jauh dan memfokuskan perhatian pada pertemuan negara-negara industri maju, tuturnya.
Mengenai Perbankan yang masih belum menurunkan bunganya, ia mengemukakan bank-bank masih menunggu lembaga penjaminan apakah akan menurunkan bunganya lebih dari BI Rate.
Apabila penurunan bunga terjadi dan sama dengan kebijakan BI, maka perbankan juga akan segera menyesuaikan tingkat bunga pinjaman, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006