Kami sangat yakin akan ada solusi untuk masyarakat kami...,
Solok (ANTARA) - Bupati Solok Epyardi Asda menemui pejabat Kemenperin untuk merespon terkait adanya petani yang diduga membuang tomat hasil panen ke dalam jurang di kawasan Nagari (desa) Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar.


Epyardi di Solok, Selasa mengatakan upaya yang telah dilakukan ialah menemui langsung Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi di Jakarta dalam rangka menandatangani Nota Kesepakatan Pemerintah Kabupaten Solok dengan (BSKJI) dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing industri kecil dan menengah.

Dalam pertemuan tersebut Epyardi menyampaikan langsung kondisi para petani di Kabupaten Solok.

“Saya ingin menyampaikan bahwa beberapa waktu lalu petani mengeluhkan harga panen anjlok bahkan tomat hasil panen terpaksa dibuang. Selain karena harga, juga karena akses transportasi yang macet parah di sejumlah daerah,” ucapnya.

Namun, kata Bupati Epyardi dengan adanya kerja sama Kementerian Perindustrian melalui BSKJI ini diharapkan memberikan solusi bagi petani di Kabupaten Solok.

“Kami sangat yakin akan ada solusi untuk masyarakat kami. Apalagi adanya delapan balai (BSKJI) yang bisa bekerja sama dengan kami. Contohnya dengan bentuk kemasan, rasa, atau kerja sama dengan BPOM sehingga industri hilirisasi,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Standarisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi mengatakan, kontribusi industri pengolahan nonmigas masih memberikan kontribusi terbesar dibanding sektor lainnya, yaitu sebesar 17,47 persen dengan share terbesar diberikan oleh sektor makanan dan minuman sebesar 6,97 persen.

Menurutnya melihat potensi daerah di Sumatera Barat, masih terbuka peluang sektor yang dapat dikembangkan guna mendongkrak kontribusi industri pengolahan nonmigas dari sektor lainnya termasuk dengan tomat.

Sehingga bisa diandalkan bagi pengembangan hilirisasi produknya dan memberi nilai tambah yang tinggi.

Lebih lanjut Kepala BSKJI mengatakan untuk mengatasi fluktuasi harga tomat, BSKJI sudah melakukan penelitian dan kajian tentang pengolahan tomat, lebih lanjut dengan kerja sama Pemerintah Kabupaten Solok dengan BSKJI, pihaknya akan melakukan pelatihan pengolahan tomat kepada para petani di Kabupaten Solok.

Ia berharap dan yakin IKM Kabupaten Solok dapat semakin berdaya saing.

​​​​​​Ia juga memiliki sejumlah balai yang memiliki keahlian dan teknologi yang dapat disinergikan program dan kegiatannya dengan program dan kegiatan pemerintah daerah Kabupaten Solok.

Diungkapkannya, BSKJI di bawah Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, perumusan, penerapan, pemberlakuan dan pengawasan standardisasi industri, optimalisasi pemanfaatan teknologi industri, penguatan industri hijau, dan penyusunan rekomendasi kebijakan jasa industri.

Guna membidik sasaran pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,80% di tahun 2024, Kementerian Perindustrian telah menyiapkan sejumlah langkah strategis dan hal ini tertuang dalam program prioritas pada tahun 2024.

Diantaranya adalah program penerapan, pemberlakuan dan pengawasan SNI wajib, program pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kompetensi, hilirisasi industri, program restrukturisasi mesin dan peralatan kepada pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM), serta implementasi industri 4.0.

Terkait dengan aksi buang tomat yang diduga dilakukan oleh petani, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Solok Kenedi Hamzah mengungkapkan, hasil pembahasannya bersama kelompok tani, terungkap bahwa kejadian ini sering terjadi ketika harga tomat anjlok.

“Ini karena petani sudah memanen tomat mereka dan dibawa ke pasar sayur tetapi tidak ada yang membeli maka mereka membuang demi hanya untuk menyelamatkan petinya.

Sebagian petani memilih tidak memanen tomatnya dan membiarkan busuk di lahan, supaya tidak menambah biaya, setidaknya bisa jadi pupuk organik,” tuturnya.

Ini berkaitan dengan harga tomat cukup lama tinggi karena daerah Padang Panjang dan Tanah Datar tidak bisa menanam tomat karena faktor bencana termasuk juga daerah sentra lainnya kurang menanam.

“Maka petani Solok banyak menanam. Sekarang kita over produksi sehingga harga anjlok. Termasuk di Jawa juga ikut panen. Dulu harganya sempat Rp12 ribu Tapi sekarang harga di petani kita Rp700 dan Rp1.200 di pedagang,” ucapnya.

Dijelaskan Kenedi, diperlukan pola tanam dimana penerapannya bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya lahan secara optimal, efektif dan efisien untuk menghindari risiko kegagalan panen dalam sistem usaha tani karena hanya mengusahakan satu jenis tanaman saja dalam satuan waktu tertentu.

Pewarta: Rahmatul Laila
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024