Korea Utara telah mengusulkan langkah-langkah perdamaian, tetapi kita harus tetap dan lebih waspada dalam segala hal

Seoul (ANTARA News) - Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye pada Jumat memperingatkan pihak Korea Utara untuk tidak mengingkari kesepakatan menjadi tuan rumah acara reuni bagi keluarga yang terpisah akibat Perang Korea.

Komentar Presiden Park itu disampaikan sehari setelah pihak Korut menyatakan akan mempertimbangkan kembali komitmennya untuk acara reuni keluarga, terkait dengan latihan militer gabungan Korea Selatan-Amerika Serikat dan adanya artikel "fitnah" di media Korea Selatan.

Padahal, kedua belah pihak dalam pembicaraan pada Rabu (5/2) telah setuju untuk mengadakan reuni bagi beberapa ratus anggota keluarga Korea pada 20-25 Februari.

Sebelumnya, acara reuni serupa telah direncanakan untuk dilaksanakan pada September lalu, namun Korea Utara membatalkan rencana reuni empat hari sebelum acara itu dilaksanakan. Oleh karena itu, President Park menekankan pada Korut untuk tidak mengulang tindakan yang sama kali ini.

"Korea Utara tidak boleh lagi mengulang tindakan yang menyakiti keluarga yang terpisah begitu dalam," kata Park sebelum memulai pertemuan dengan para pejabat pemerintahan dan militer Korsel.

Park lebih lanjut mengatakan reuni keluarga akan memberikan momentum bagi rekonsiliasi di semenanjung Korea.

Namun, ia juga menyatakan keprihatinan atas "ketidakstabilan" di Korea Utara setelah adanya "pembersihan" dan eksekusi terhadap paman dari pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un dan mentor politik Korut Jang Song-Thaek.

Sejak awal tahun ini, Korea Utara telah memainkan dua peranan yaitu sebagai elang dan merpati, dimana Korut sempat mengancam Korsel jika tetap melanjutkan rencana latihan militer gabungan dengan AS, tetapi Korut juga mengusulkan serangkaian langkah-langkah potensial untuk mengurangi ketegangan.

"Baru-baru ini, Korea Utara telah mengusulkan langkah-langkah perdamaian, tetapi kita harus tetap dan lebih waspada dalam segala hal," kata Presiden Park, seperti dilaporkan AFP.

"Kita harus mempertahankan postur pertahanan yang kuat dalam rangka mencegah tindakan provokatif oleh Korea Utara. Dan jika Korut memang memprovokasi, kita harus menghukum mereka secara menyeluruh," lanjutnya.

Jutaan warga Korea telah dipisahkan oleh Perang Korea yang berlangsung pada 1950-1953, dan sebagian besar dari mereka telah meninggal dunia tanpa pernah berkomunikasi sama sekali dengan keluarga yang selamat.

(Y012)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014