...ketergantungan Indonesia terhadap barang impor masih sangat tinggi...

Surabaya (ANTARA News) - Kalangan pengusaha di Surabaya menyatakan sampai sekarang 70 persen bahan baku produksi berbagai sektor industri di Tanah Air masih merupakan komoditas impor.

"Hal itu membuktikan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap barang impor masih sangat tinggi," kata Direktur Utama PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Rudy Wicaksono, di Surabaya, Jumat.

Di samping itu, ungkap dia, walau dari sisi volume ekspor Indonesia cukup besar tetapi sulit meningkatkan kinerja perdagangan. Salah satunya, ketika "Theme of Bussiness" masih diberlakukan secara "Free on Board/FOB".

"Padahal, sudah selaiknya ekspor harus Cost and Freight/CNF atau barang yang diekspor wajib diantar ke kota tujuan," ujarnya.

Namun, jelas dia, tidak sebaliknya dengan tetap menggunakan "FOB" atau hanya mengantar sampai ke pelabuhan kapal. Di sisi lain, "Cost Insurance and Freight" juga harus langsung ke kota tujuan.

"Seperti halnya orang luar negeri, kalau mereka menjual produk ke Indonesia memang sampai ke titik destinasi. Tapi, pengekspor nasional justru pengiriman barangnya hanya sampai di pelabuhan kapal," katanya.

Ia menjelaskan, kini angka ekspor hanya tinggi dari volume sedangkan "Theme of Bussiness" tidak diikutkan. Padahal suatu pergerakan barang itu dinilai dari biaya logistiknya baik kapal, perbankan, maupun asuransi.

"Elemen tiap barang sangat banyak. Untuk itu, kalau bisa ... Indonesia menjual barang sampai ke tujuan," tegasnya.

Menyikapi hal tersebut, Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur, Isdarmawan Asrikan, mengemukakan, nilai ekspor Jatim pada tahun 2013 mencapai sekitar 14,5 miliar dolar AS sedangkan impor 17 miliar dolar AS.

"Oleh sebab itu, selama tahun 2013 neraca perdagangan Jatim masih defisit atau hampir sama dengan kinerja tahun 2012," katanya.

Akan tetapi, lanjut dia, dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS maka berbagai produk ekspor dari dalam negeri seperti olahan perikanan bisa tumbuh.

"Namun, jika bahan baku yang dipakai sektor industri masih tergantung impor maka kami pesimis kinerja ekspor Jatim bisa membaik," katanya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014