Jakarta (ANTARA) -
Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI periode 2016-2019 Muhadjir Effendy meminta Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) agar kreatif dalam mencari sumber pendanaan kampus sehingga tidak lagi bergantung pada alokasi anggaran pendidikan dari pemerintah.
 
“Didorong perguruan tinggi itu, khususnya yang PTN BH agar mandiri, termasuk mandiri dalam sumber pembiayaan supaya lembaga-lembaga fundraising-nya itu jalan. Jadi memang, menurut saya, PTN kita itu tax spender boy, sudah biasa belanja, tidak bisa cari uang. Jadi harus ada perubahan karakter. Ajarilah mereka ini untuk cari duit. Bukan untuk buang duit,” kata Muhadjir dalam Rapat Dengar Pendapat Umum Panitia Kerja (Panja) Pembiayaan Pendidikan Komisi X DPR dengan sejumlah eks menteri di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa.
 
Menurut Muhadjir, sejumlah PTN BH yang telah prominen dapat mengapitalisasi modal dari mahasiswa. Namun begitu, lanjutnya, perlu ada subsidi silang antara mahasiswa baru dengan yang lebih lama.
 
"Nama besar PTN BH tinggal mengapitalisasi saja modalnya itu. Dan saya kemarin sampaikan, naikkan biaya itu jangan serta merta, jadi naikkan kepada mahasiswa baru saja, dan jangan naik sampai nanti selesai, sehingga orang tua punya kepastian. Kalau yang lama biar selesai sampai selesai,” jelasnya.
 
Selain itu, ia menyebutkan kampus berstatus PTN BH juga dapat mencari sumber pendanaan pada waktu-waktu tertentu, seperti wisuda. Ia menyarankan alangkah baiknya kampus memiliki hotel sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penginapan bagi para orang tua mahasiswa yang wisuda.
 
“Setiap kali wisuda misalnya 5 ribu, bahkan 10 ribu sekarang. Kalau satu tahun itu lima kali wisuda, kampus punya hotel, sudah komplit itu. Jadi bayar wisuda sekalian tinggal di hotel kampus. Nanti di situ ada swalayannya buat belanja. Itu selama wisuda, cukup untuk menutup biaya operasional hotel. Sisanya tinggal cari untung saja. Percaya dengan saya itu. Sudah nyoba saya,” jelasnya.
 
Muhadjir pun berpendapat orang tua mahasiswa tidak akan keberatan dan rela untuk membayar biaya yang tinggi untuk wisuda anaknya sehingga para pimpinan kampus dapat mencari keuntungan lain pada momen ini.
 
“Wisuda itu tarik yang tinggi karena enggak ada orang akan protes walaupun mahal. Karena waktu saat gembira anaknya mau wisuda bayar berapa pun dikasih. Kalau perlu biar satu truk keluarganya akan datang enggak apa-apa,” ujarnya.

Baca juga: Panja DPR dorong pemerintah menata pengelolaan anggaran pendidikan

Baca juga: Muhadjir ingatkan alokasi anggaran pendidikan bukan untuk kedinasan 

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024