Jakarta (ANTARA) -
Peneliti dari Keck School of Medicine di USC menemukan bahwa paparan polusi udara pada masa kanak-kanak dikaitkan dengan masalah paru-paru, yang pada gilirannya secara konsisten dikaitkan dengan masalah pernapasan di masa dewasa.
 
Polusi udara dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti stroke, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru-paru, pneumonia, dan katarak.
 
Pada anak-anak yang terpapar polusi udara akan meningkatkan risiko terkena bronkitis di kemudian hari.
 
"Kami menduga bahwa dampak yang dapat diamati pada kesehatan pernapasan anak-anak ini akan menjelaskan hubungan antara paparan polusi udara pada anak-anak dan kesehatan pernapasan saat dewasa. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa paparan polusi udara pada anak-anak memiliki dampak yang lebih halus pada sistem pernapasan kita yang masih berdampak pada kita di masa dewasa," kata penulis korespondensi Erika Garcia seperti dilaporkan laman Medical Daily, Senin (1/6).
Temuan ini berasal dari studi komprehensif yang melacak kelompok warga California Selatan dari usia sekolah hingga puluhan tahun hingga dewasa.
 
Penelitian ini melibatkan 1.308 peserta dari Children's Health Study. Pada usia rata-rata 32 tahun saat evaluasi dewasa, para peneliti menanyakan tentang gejala bronkitis terkini seperti bronkitis, batuk kronis, atau hidung tersumbat dengan dahak yang tidak terkait dengan flu. Sekitar 25 persen peserta melaporkan mengalami gejala-gejala ini dalam setahun terakhir.
 
Para peneliti mencatat bahwa hubungan antara paparan polusi udara pada masa kanak-kanak dan gejala bronkitis pada masa dewasa tetap ada bahkan setelah disesuaikan dengan gejala asma atau bronkitis di awal kehidupan.
 
Mereka menemukan bahwa gejala bronkitis berhubungan dengan paparan dua jenis polutan sejak lahir hingga usia 17 tahun. Salah satu jenisnya meliputi partikel halus dari sumber seperti debu, serbuk sari, abu kebakaran hutan, emisi industri, dan gas buang kendaraan.
 
Polutan lainnya, nitrogen dioksida, dihasilkan oleh pembakaran kendaraan, pesawat terbang, kapal, dan pembangkit listrik, dan diketahui dapat membahayakan fungsi paru-paru.
 
Para peneliti mencatat bahwa anak-anak sangat rentan terhadap dampak polusi udara karena sistem pernapasan dan kekebalan tubuh mereka masih berkembang. Selain itu, mereka menghirup lebih banyak udara dibandingkan dengan massa tubuh mereka dibandingkan dengan orang dewasa.
 
"Studi ini menyoroti pentingnya menurunkan polusi udara, terutama paparan selama periode kritis masa kanak-kanak. Karena hanya ada sedikit yang dapat kita lakukan sebagai individu untuk mengendalikan paparan kita, kebutuhan untuk melindungi anak-anak dari dampak buruk polusi udara sebaiknya ditangani di tingkat kebijakan," kata Garcia.

Baca juga: CREA: Pemerintah perlu wajibkan biaya pengendalian polusi

Baca juga: IDAI soroti dampak buruk polusi udara terhadap tumbuh kembang anak

Baca juga: IDAI rekomendasikan anak banyak konsumsi buah saat polusi udara tinggi

 

Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024