Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menghadiri Pertemuan ke-3 Para Utusan Khusus untuk Afghanistan atau disebut Doha III di Qatar, Senin, untuk antara lain membahas pembangunan ekonomi Afghanistan.

Merupakan kelanjutan dari Doha I pada Mei 2023 dan Doha II pada Februari 2024, pertemuan itu diinisiasi oleh Sekretaris Jenderal PBB dengan Qatar sebagai tuan rumah guna membahas tindak lanjut independent assessment Sekjen PBB guna membantu rakyat Afghanistan keluar dari krisis multidimensi yang saat ini dihadapi.

“Untuk pertama kalinya, di pertemuan Doha III ini, hadir otoritas de facto atau de facto authority (DFA) di Afghanistan, yaitu Taliban,” kata Retno dalam transkrip keterangan pers yang disampaikan Kemlu RI, Senin.

Meskipun demikian, Retno menekankan bahwa partisipasi Taliban dalam pertemuan itu sama sekali tidak terkait dengan pengakuan terhadap mereka dari komunitas internasional.

“Melainkan merupakan sebuah upaya agar dialog inklusif dengan semua stakeholders di Afghanistan termasuk dengan DFA dapat dilakukan, termasuk dialog terkait hak-hak perempuan dalam konteks pendidikan dan pekerjaan,” ujarnya.

Selain tukar pandangan mengenai isu yang sifatnya lebih umum, selama pertemuan Doha III juga dibahas dua topik utama, yaitu Enabling the Private Sector yang banyak bicara mengenai masalah ekonomi dan Counter Narcotics: Sustaining Progress Made.

Pertemuan itu disebut Retno berlangsung dengan sangat terbuka dan konstruktif. Para delegasi menyampaikan komitmen untuk menjadikan kepentingan rakyat Afghanistan sebagai fokus kerja sama.

“Beberapa hal yang mengemuka dalam pertemuan, antara lain bahwa pertemuan menyadari adanya beberapa kemajuan di Afghanistan, misalnya terkait dengan masalah keamanan,” tuturnya.

Para delegasi dalam pertemuan tersebut mengapresiasi kebijakan “poppy ban” atau larangan menanam opium di Afghanistan, yang telah menurunkan 95 persen cultivation of opium di Afghanistan.

“Kita tahu bahwa tantangan dari kebijakan ini adalah bagaimana menyiapkan mata pencarian alternatif bagi para petani yang sebelumnya menanam opium. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi harus dipersiapkan sehingga para petani tidak kembali menanam opium atau melakukan kegiatan illicit drugs trafficking,” kata Retno.

Pertemuan Doha III dipimpin oleh Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian Rosemary DiCarlo dan dihadiri oleh Taliban sebagai DFA di Afghanistan.

Pertemuan itu juga diikuti oleh perwakilan dari 25 negara, antara lain, Amerika Serikat, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Korea Selatan, India, China, Jerman, Tajikistan, Uzbekistan, Kanada, Norwegia, Rusia, Turki, Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, serta dihadiri pula oleh sejumlah organisasi internasional, antara lain PBB, Uni Eropa, Organisasi Kerja Sama Islam, dan Asian Development Bank.

Baca juga: Afghanistan ubah bekas pangkalan militer AS jadi zona ekonomi
Baca juga: Keamanan di Afghanistan kian membaik, tetapi ekonomi masih sulit
Baca juga: Ekonomi memburuk, perempuan Afghanistan kehilangan pekerjaan


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024