Shenzhen (ANTARA) - Jalur Shenzhen-Zhongshan, sebuah jalan raya lintas laut raksasa di China selatan yang memiliki dua jembatan, dua pulau buatan, dan satu terowongan bawah air, dibuka untuk lalu lintas umum pada Minggu (30/6) pukul 15.00 waktu setempat.

Membentang sejauh 24 kilometer, jalur itu memangkas drastis waktu tempuh antara Kota Zhongshan dan kota teknologi Shenzhen dari dua jam menjadi sekitar 30 menit. Kedua kota tersebut terletak di dua sisi berlawanan dari Muara Sungai Mutiara di Provinsi Guangdong.

Jalur Shenzhen-Zhongshan merupakan proyek transportasi skala besar lainnya di Kawasan Teluk Besar (Greater Bay Area/GBA) Guangdong-Hong Kong-Makau, setelah Jembatan Hong Kong-Zhuhai-Makau yang terletak sekitar 31 kilometer di sebelah selatan jalur baru tersebut.

Jembatan Hong Kong-Zhuhai-Makau yang membentang sepanjang 55 kilometer dibuka pada Oktober 2018 dan menjadi penyeberangan laut terpanjang di dunia yang memiliki jembatan dan terowongan.

GBA kini memiliki lebih dari 4.500 km jalan bebas hambatan yang beroperasi, menjadikannya jaringan transportasi cepat yang komprehensif.

"Pembukaan Jalur Shenzhen-Zhongshan akan membentuk kembali tata letak jaringan jalan raya di Muara Sungai Mutiara, yang secara signifikan berdampak pada pembangunan ekonomi dan sosial GBA," ungkap Lin Feiming, kepala departemen perhubungan Provinsi Guangdong.

Dengan luas 56.000 kilometer persegi, GBA mencakup Hong Kong, Makau, dan sembilan kota di Guangdong, serta telah mencapai total output ekonomi lebih dari 14 triliun yuan (1 yuan = Rp2.256) atau sekitar 1,96 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp16.394) pada 2023. China bertujuan untuk mengembangkan kawasan tersebut menjadi klaster kota kelas dunia, pusat teknologi dan inovasi global, serta lokasi yang layak huni dan ramah bisnis.

Dengan estimasi biaya sekitar 44,69 miliar yuan, Jalur Shenzhen-Zhongshan memiliki delapan lajur yang dirancang untuk kecepatan hingga 100 km per jam.

Jalur Shenzhen-Zhongshan dianggap sebagai salah satu proyek klaster lintas laut yang paling menantang di dunia yang pernah dibangun. Lebih dari 10.000 pekerja telah mengatasi berbagai rintangan, seperti angin topan yang sering terjadi, salinitas yang tinggi, kelembapan, dan endapan lumpur yang parah selama tujuh tahun masa pembangunannya.

Proyek itu mencetak beberapa rekor dunia di sejumlah bidang, seperti rekayasa jembatan gantung, konstruksi terowongan, dan persimpangan jalan raya bawah air.

Para ahli mengatakan bahwa jalur baru tersebut akan meningkatkan pembangunan dan daya saing regional, menjembatani kesenjangan ekonomi antara pesisir timur dan barat Muara Sungai Mutiara, serta memfasilitasi perjalanan wisata.

Pesisir timur unggul dalam bidang manufaktur canggih dan inovasi teknologi, tetapi menghadapi keterbatasan ruang dan kenaikan biaya. Di sisi lain, pesisir barat membutuhkan transformasi dan peningkatan industri guna meningkatkan vitalitas ekonominya.

"Jalur transportasi baru ini merupakan sebuah jalan emas bagi kami, yang memangkas waktu tempuh antara pusat penelitian dan pengembangan kami di Shenzhen dan pabrik kami di Zhongshan menjadi setengah jam," ujar Yuan Moli, seorang karyawan Shenzhen Xinyichang Technology Co., Ltd.

Ekspansi bisnis telah membuat banyak perusahaan yang berbasis di Shenzhen, termasuk Xinyichang, mendirikan sejumlah pabrik di Zhongshan, yang mengharuskan perjalanan rutin antara kedua kota tersebut.

Sebagai rumah bagi lebih dari 17 juta penduduk dan lokasi bagi banyak perusahaan teknologi terkemuka, seperti Huawei, Tencent, dan BYD, Shenzhen dikenal dengan julukan "Lembah Silikon-nya China" (China's Silicon Valley).

Meng Fanli, sekretaris komite Partai Komunis China (CPC) di Shenzhen, mengatakan bahwa kota itu akan menerapkan lebih banyak inisiatif untuk memfasilitasi perjalanan penduduk kedua kota, yang akan menyederhanakan arus manusia, barang, informasi, dan modal.

Shenzhen dan Zhongshan akan berkolaborasi untuk membangun sebuah klaster manufaktur canggih kelas dunia, mengembangkan industri jasa modern, dan mempercepat pembentukan sistem industri modern yang berorientasi pada masa depan, imbuh Meng.

Sektor pariwisata juga mengincar berbagai peluang yang dibawa oleh pemangkasan waktu perjalanan.

Huang Chuping, asisten manajer umum sebuah agen perjalanan yang berbasis di Shenzhen, mengantisipasi "lalu lintas super" yang akan ditimbulkan oleh jalur tersebut.

Tim Huang telah merencanakan produk-produk pariwisata baru sejak tahun lalu dan telah meluncurkan lebih dari 10 rute pariwisata ekstensif di Guangdong barat yang mendapat tanggapan positif, tuturnya kepada Xinhua.

Optimisme Huang tersebut diamini oleh Chen Wenfei, wakil presiden sekaligus sekretaris jenderal asosiasi industri pariwisata di Kota Jiangmen, yang juga merupakan bagian dari GBA.

"Kami telah berkoordinasi dengan banyak agen perjalanan untuk menarik lebih banyak wisatawan dari Shenzhen, Hong Kong, dan Makau ke Jiangmen," ujar Chen. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024