Hilangnya keaslian tarian Aceh salah satunya dipengaruhi oleh adanya pergantian kostum yang tidak menggunakan baju tradisional dan pergantian peran,"
Banda Aceh (ANTARA News) - Akademisi dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam Banda Aceh Cut Zuriana menyatakan, hilangnya keaslian tarian tradisional Aceh akibat dimodifikasi.
"Hilangnya keaslian tarian Aceh salah satunya dipengaruhi oleh adanya pergantian kostum yang tidak menggunakan baju tradisional dan pergantian peran," kata Ketua Program Studi Sendratasik FKIP Unsyiah di sela-sela seminar cagar tradisi Aceh, Rabu.
Dijelaskannya, ketika tarian ranub lampuan yang seharusnya diperankan oleh perempuan namun dilibatkan laki-laki itu sudah mencoreng nilai budaya dari tari tradisional tersebut.
Menurut dia, adanya modifikasi berbagai tarian tradisional dan penggunaan kostum akan berdampak terhadap pemahaman bagi generasi muda di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.
"Tarian dan pakaian asli adat Aceh jangan diubah dan kalau dibiarkan lama-lama seni tarian Aceh akan punah dengan sendirinya dan generasi muda akan mengira bahwa berbagai tarian yang disajikan merupakan kesenian tempo dulu," katanya.
Cut Zuriana juga menilai tarian penyambutan tamu yang diiringi dengan pemberian sejumlah uang kepada penari yang memberikan sirih akan menghilangkan indentitas masyarakat Aceh yang dikenal ramah dan sangat memuliakan tamu.
"Kesannya tarian Aceh itu materialis karena harus memberi sedikit uang saat ratunya memberikan sirih ke pada para tamu," katanya.
Sejarawan Aceh Nurdin AR mengatakan banyak nilai-nilai budaya Aceh yang mengandung banyak filosofi yang seharusnya dipertahankan, namun sudah bergeser di tengah masyarakat.
"Boleh-boleh saja kita memodifikasi dengan memberikan nama baru jangan sama dengan nama tarian aslinya," katanya.
Ketua Panitia Seminar Cagar Tradisi Aceh, Rizki Phonna menjelaskan, tujuan diselenggarakan acara tersebut mengingat banyaknya tradisi-tradisi Aceh yang telah punah ciri khasnya.
Ia berharap dengan terselenggaranya seminar tersebut akan menjadi salah satu upaya mengembalikan citra dan marwah tradisi provinsi berpenduduk sekitar lima juta jiwa itu.
(KR-IFL/Z002)
Pewarta: M Ifdhal
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014