Jakarta (ANTARA News) - Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr. Dharmeizar, SpPD-KGH mengatakan bahwa penyakit ginjal kronik dapat dicegah salah satunya dengan mengidentifikasi faktor risiko penyebabnya.
"Apabila seseorang menderita penyakit ginjal kronik (PGK), maka ginjalnya tidak bisa kembali normal. Oleh karena itu, penting untuk mencegah terjadinya penyakit ini," ujarnya dalam konferensi pers di RSCM, Jakarta, Rabu.
Dokter Dharmeizar mengatakan sejumlah faktor risiko yang menyebabkan penyakit ginjal kronik di antaranya ialah hipertensi, diabetes, obesitas dan faktor genetik.
Menurutnya, sebagai deteksi awal, orang-orang yang menderita faktor risiko penyakit ini harus memeriksakan dirinya ke dokter minimal 12 bulan sekali.
"Mereka terutama harus periksakan urin (terutama kalau ada protein di urin), ureum dan kreatinin, gula darah dan kolesterol," katanya.
Kepada penderita faktor risiko ini, dr. Dharmeizar menyarankan sejumlah hal yakni: makan rendah lemak, banyak sayur dan buah-buahan,membatasi asupan garam, minum air putih minimal dua liter per hari, olahraga teratur (cukup empat kali dalam seminggu) dan hindari kegemukan.
Sementara bagi orang yang tidak memiliki faktor risiko, ia memberikan sejumlah langkah agar terhindar dari penyakit ini, yakni: rutin berolahraga, menjaga tekanan darah dalam batas normal, mengonsumsi makanan sehat dan menjaga berat badan serta minum banyak air putih.
Langkah lainnya yaitu, tidak merokok, tidak mengonsumsi obat sembarangan dan segera memeriksakan fungsi ginjal apabila memiliki satu atau lebih faktor risiko serta hindari pemakaian obat jangka lama seperti obat rematik dan penghilang nyeri.
"Namun demikian, apabila penyakit ini sudah terjadi, harus dilakukan manajemen yang baik, yaitu dengan cara mengatasi atau mencegah progresinya agar tahapan penyakit ini tidak meningkat, tidak sampai pada tahap lima sehingga harus dilakukan hemodialisa (cuci darah), peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal," katanya.
Penyakit ginjal kronik adalah sesuatu kelainan struktural atau fungsional pada ginjal. Salah satu tandanya ialah abnormalitas dari darah atau urin, yang dialami kurang lebih tiga bulan.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014