Kairo (ANTARA) - Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati pada Sabtu mengatakan negaranya dalam keadaan perang akibat ancaman dan serangan dari Israel.

"Ancaman yang kita hadapi seperti perang psikologi. Pertanyaan semua orang adalah 'apakah itu perang?' Ya, kita dalam keadaan perang. Akibat serangan Israel, ada banyak korban tewas dari pihak sipil dan non sipil dan desa-desa yang hancur," kata Mikati dalam pernyataan pada Sabtu.

Pada 18 Juni, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan bahwa pihaknya telah menyetujui rencana operasional serangan di Lebanon. Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz kemudian mengatakan bahwa Israel "sedikit lagi" memutuskan untuk "mengubah aturan" terhadap Hizbullah dan Lebanon, mengancam akan menghancurkan gerakan tersebut "dalam perang habis-habisan" dan "memukul keras" Lebanon.

Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan bahwa gerakan tersebut dapat menyerang Israel utara jika konfrontasi semakin meningkat.

Situasi di perbatasan Israel-Lebanon memburuk setelah dimulainya serangan militer Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023.

IDF dan pasukan Hizbullah saling baku tembak di kawasan sepanjang perbatasan setiap hari.

Kementerian Luar Negeri Lebanon mengatakan sekitar 100.000 orang harus meninggalkan rumah-rumah mereka di wilayah perbatasan, sementara Kemenlu Israel mengatakan sebanyak 80.000 warganya harus melakukan hal yang sama.


Sumber: Sputnik
Baca juga: Uni Eropa desak Lebanon hentikan Hizbullah menambah konflik di Timteng
Baca juga: Lebanon serukan Israel hentikan serangan berulang terhadap negaranya
Baca juga: AS desak warganya tidak pergi ke Lebanon imbas ketegangan perbatasan

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024