Jakarta (ANTARA) - Inggris yang mengandalkan keterampilan individual pemain-pemain bintangnya sehingga bermasalah dalam kohesi tim akan menghadapi Slovakia yang solid sebagai tim, dalam pertandingan 16 besar Euro 2024 di Arena Veltins, Gelsenkirchen, Jerman, pada Minggu malam pukul 23.00 WIB.

Walaupun melenggang ke 16 besar sebagai juara Grup C dan jauh di atas Slovakia dalam banyak ukuran, mulai peringkat FIFA sampai valuasi skuad, perjalanan Three Lions selama Euro 2024 tidaklah meyakinkan.

Mereka kalah produktif mencetak gol dari Slovakia yang membuat tiga gol, ketika Inggris hanya bisa mencetak dua gol.

Slovakia juga unggul dalam jumlah peluang dalam tiga pertandingan terdahulu, dengan menciptakan 37 peluang yang 13 di antaranya tepat sasaran. Sebaliknya Inggris, "hanya" membuat 28 peluang yang 10 di antaranya tepat sasaran.

Walau memiliki kuartet serang haus gol dan teruji baik di Liga Inggris maupun Liga Jerman, pelatih Gareth Southgate kesulitan mengeksploitasi kemampuan super lini depannya.

Musim lalu, 2023-2024, kuartet Phil Foden, Jude Bellingham, Bukayo Saka dan Harry Kane total mencetak 114 gol untuk klub-klubnya. Tapi sentuhan emas mereka tak muncul justru saat dikumpulkan dalam satu tim.

Aspek ini menguntungkan bagi lawan-lawannya, terutama mereka yang mengandalkan pemainan kolektif apalagi kalau lawan itu tengah naik kepercayaan dirinya.

Itulah yang tengah dirasakan Slovakia, terutama setelah menumbangkan Belgia yang selain berperingkat jauh di atas mereka tapi juga di atas Inggris. Belgia berperingkat 3, Inggris 4, dan Slovakia 48.

Sama seperti Inggris yang menang satu gol dari Serbia, Slovakia menjungkalkan Belgia yang favorit juara Euro 2024 juga dengan satu gol, tapi dari peluang yang jauh lebih banyak dari Inggris.

Jika Inggris membuat 5 peluang yang 1 di antaranya tepat sasaran kala melawan Serbia maka Slovakia membuat 10 peluang yang 4 di antaranya tepat sasaran saat menghadapi Belgia.

Itu adalah salah satu contoh bukti mengenai hasil dari ketidakpaduan lini depan di sisi Inggris, dan produk dari sebuah tim yang padu di sisi Slovakia.

Aspek itu pula yang akan dimanfaatkan Slovakia the Falcons atau Si Elang, untuk menjadikan Inggris sebagai korban besar kedua setelah Belgia.

Slovakia sendiri kalah dan ditahan seri oleh dua tim yang sama-sama mengandalkan permainan kolektif (Ukraina dan Rumania), tapi mengalahkan tim bertabur bintang yang tak bermain dalam kohesi tinggi seperti Belgia.


Baca juga: Southgate sebut timnya lebih berkembang meski ditahan imbang Slovenia
Baca juga: Harry Kane bela Southgate


Halaman berikut: Slovakia siap ukir sejarahSiap tulis sejarah

Namun demikian, Slovakia harus mencermati riwayat enam pertandingan sebelumnya melawan Inggris yang tak berpihak kepada mereka.

Slovakia tak pernah menang melawan Three Lions. Sebaliknya, Inggris sudah lima kali mengalahkan Slovakia. Meskpun begitu, dalam turnamen utama sepak bola, tepatnya Euro 2016, kedua tim imbang 0-0 dalam fase grup.

Masa lalu memang belum tentu menjadi ukuran untuk keadaan saat ini, apalagi segalanya telah berubah besar, seperti yang dialami Slovakia belakangan ini.

Sebelum Francesco Calzona melatih Milan Skriniar cs, Slovakia adalah tim yang sangat mengandalkan pertahanan. Tapi sejak ditangani Calzona, mereka berubah menjadi tim yang mengandalkan tekanan tinggi, agresif, membangun serangan dari lini belakang, dan piawai dalam situasi bola mati.

Revolusi ini membuat skuad Slovakia yang tak pernah lolos ke perempat final baik dalam Piala Eropa maupun Piala Dunia, optimistis melangkah jauh.

Kapten tim, Milan Skriniar, bahkan optimistis Slovakia bisa menuliskan sejarah jika timnya bisa melewati hadangan Inggris.

Tetapi mereka tahu, begitu Inggris berubah menjadi tim yang padu yang bermain dalam satu kesatuan, khususnya di lini depan, maka Slovakia berada dalam bahaya besar.

Untuk berubah ke level itu, pelatih Inggris, Gareth Southgate, harus berani mengambil risiko melakukan perubahan pada skuadnya.

Selama ini Southgate enggan menyerah kepada tekanan di luar tim. Dia teguh dengan starting eleven yang sama, kecuali pada laga terakhir fase grup ketika dia memasang Conor Gallagher sebagai starter, ketimbang Trent Alexander-Arnold.

Menghadapi Slovakia yang berkolektivitas tinggi, perubahan perlu kembali dilakukan Southgate, khususnya lini depan yang merupakan sektor yang paling tidak padu.


Baca juga: Slovakia dan Rumania amankan tiket 16 besar usai imbang 1-1
Baca juga: Kemenangan Slovakia atas Belgia beri harapan untuk tim kecil


Halaman berikut: Kemungkinan perombakan skuad utamaRombak skuad

Ketidakhadiran bek kiri Luke Shaw dan kecenderungan Phil Foden bergerak ke tengah yang menjadi teritori Jude Bellingham dan Harry Kane, membuat sektor sayap Inggris timpang.

Ini membuat kekuatan sayap kiri Inggris tidak sama kuat dengan sayap kanannya yang diisi bek Kyle Walker dan winger Bukayo Saka.

Padahal kemerataan kekuatan semua lini menjadi modal besar yang bisa menebas rintangan dari tim-tim kolektivitas tinggi seperti Slovakia.

Untuk itu, seperti dalam pertandingan terakhir fase grup, Southgate harus berani mengubah strategi. Dia bisa memulai perubahan itu dengan menukar duo Foden-Saka dengan Anthony Gordon - Cole Palmer.

Palmer yang mencetak 27 gol untuk Chelsea tampil menawan kala Inggris ditahan seri 0-0 oleh Slovenia walau diturunkan pada 20 menit terakhir pertandingan.

Tapi Southgate masih belum bisa menurunkan Luke Shaw yang belum pulih dari cedera, sehingga tetap memasang Kieran Trippier di sayap kiri pertahanan dalam formasi 4-2-3-1.

Posisi-posisi lain, termasuk ujung tombak serangan Harry Kane, sangat masuk akal untuk dipertahankan sebagai starter oleh Southgate.

Sementara itu, Slovakia masih akan mengandalkan gelandang bertahan Stanislav Lobotka, yang menjadi penghubung antar lini yang andal yang mengatur tempo permainan tim dalam formasi 4-3-3.

Di lini belakang, kapten Milan Skriniar tetap bermitra dengan Denis Vavro untuk melindungi penjaga gawang Martin Dubravka.

Mereka diapit dua bek sayap David Hancko-Peter Pekarik. Keempatnya membentuk pertahanan yang solid yang membuat Slovakia bisa mementahkan 12 peluang emas tim lawan tapi kebobolan tiga gol.

Di lini depan, Slovakia memang kesulitan menemukan penerus Robert Vittek yang mencetak empat gol dalam Piala Dunia 2010, tapi mereka bisa mengandalkan dua penyerang sayap berbahaya, Lukas Haraslin dan Ivan Schranz, yang bisa merepotkan Inggris.

Gambaran itu menunjukkan Slovakia bisa mencetak gol dari mana saja, tak harus selalu dari striker, entah Robert Bozenik atau David Strelec.


Baca juga: Swiss ke perempat final setelah singkirkan juara bertahan Italia 2-0
Baca juga: Suporter antusias nantikan laga babak 16 besar Euro 2024

Copyright © ANTARA 2024