Siap tulis sejarah

Namun demikian, Slovakia harus mencermati riwayat enam pertandingan sebelumnya melawan Inggris yang tak berpihak kepada mereka.

Slovakia tak pernah menang melawan Three Lions. Sebaliknya, Inggris sudah lima kali mengalahkan Slovakia. Meskpun begitu, dalam turnamen utama sepak bola, tepatnya Euro 2016, kedua tim imbang 0-0 dalam fase grup.

Masa lalu memang belum tentu menjadi ukuran untuk keadaan saat ini, apalagi segalanya telah berubah besar, seperti yang dialami Slovakia belakangan ini.

Sebelum Francesco Calzona melatih Milan Skriniar cs, Slovakia adalah tim yang sangat mengandalkan pertahanan. Tapi sejak ditangani Calzona, mereka berubah menjadi tim yang mengandalkan tekanan tinggi, agresif, membangun serangan dari lini belakang, dan piawai dalam situasi bola mati.

Revolusi ini membuat skuad Slovakia yang tak pernah lolos ke perempat final baik dalam Piala Eropa maupun Piala Dunia, optimistis melangkah jauh.

Kapten tim, Milan Skriniar, bahkan optimistis Slovakia bisa menuliskan sejarah jika timnya bisa melewati hadangan Inggris.

Tetapi mereka tahu, begitu Inggris berubah menjadi tim yang padu yang bermain dalam satu kesatuan, khususnya di lini depan, maka Slovakia berada dalam bahaya besar.

Untuk berubah ke level itu, pelatih Inggris, Gareth Southgate, harus berani mengambil risiko melakukan perubahan pada skuadnya.

Selama ini Southgate enggan menyerah kepada tekanan di luar tim. Dia teguh dengan starting eleven yang sama, kecuali pada laga terakhir fase grup ketika dia memasang Conor Gallagher sebagai starter, ketimbang Trent Alexander-Arnold.

Menghadapi Slovakia yang berkolektivitas tinggi, perubahan perlu kembali dilakukan Southgate, khususnya lini depan yang merupakan sektor yang paling tidak padu.


Baca juga: Slovakia dan Rumania amankan tiket 16 besar usai imbang 1-1
Baca juga: Kemenangan Slovakia atas Belgia beri harapan untuk tim kecil


Halaman berikut: Kemungkinan perombakan skuad utama

Copyright © ANTARA 2024